Kamis, 10 November 2011


LAPANGAN BARU SEKOLAHKU
Waktu itu pada tanggal 27 Oktober 2011 pukul 13.10 guru Bahasa Indonesia meminta kelasku untuk mendeskrisikan lapangan baru di sekolahku. Pukul 13.15 kelasku bersama-sama menuju lapangan. Akan tetapi, sepertinya kelasku kurang beruntung, karena pada saat itu lapangan sedang dalam keadaan yang sepi aktivitas. Pekerja-pekerja lapangan yang biasa terlihat kini bak hilang ditelan bumi. Sepanjang mata memandang aku hanya melihat hamparan rumput yang mulai menghijau yang dikelilingi lintasan tanah merah yang masih lembab beserta jalan setapak yang masih baru.
Rumput-rumput baru yang telah menghijau ternyata tak tumbuh sendiri, banyak rumput liar yang tak diharapkan ikut tumbuh di sela-selanya.  Namun sayang, karena keberadaan rumput liar itu juga tak membantu menutupi petak-petak tanah keabu-abuan yang masih terlihat di bagian tengah dan selatan lapangan.
Tak banyak yang bisa diamati pada saat itu selain capung-capung kecil warna orange yang terbang rendah di lapangan rumput. Menikmati angin lemah yang hanya bisa menggoyangkan rumput yang tumbuh terlampau tinggi. Mungkin angin lemah itu juga yang telah membiarkan segerombol awan besar menutupi matahari di atas langit. Menyebabkan hijaunya rumput baru menjadi terlihat suram.
Kualihkan pandanganku ke sekeliling lapangan secara keseluruhan sampai pada alat-alat para pekerja yang ada di sana. Selang-selang tergeletak begitu saja di pinggir lapangan. Selang warna putih diletakkan di sebelah timur berdampingan dengan pompa air warna orange, kemudian selang hijau di barat laut lapangan tepat di bawah pohon apel yang rindang. Pada sebelah barat, kokoh berdiri tiang bendera baru yang dasarnya dibuat dari keramik warna merah tua berpadu dengan tiangnya yang berwarna putih. Tidak hanya itu, patok-patok bambu setinggi setengah meter mengelilingi lapangan rumput. Pada setiap bambu diikatkan tali raffia biru secara melintang, membagi lapangan menjadi beberapa bagian. Mungkin, dulu raffia itu digunakan sebagai patokan dalam menanam rumput-rumput agar tertanam rapi.
Setelah sekian lama mengamati, akhirnya mulai nampak aktivitas lain selain aktivitas pengamatan yang dilakukan kelasku. Diawali oleh Pak Satpam yang berjalan kearah kami melewati jalan setapak, kemudian kakak kelas melintas melewati jalan di sebelah selatan, lalu guru-guru lain juga ikut berlalu-lalang melewati jalan di sekeliling lapangan. Tidak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 13.35 dan pengamatan pun harus segera diakhiri. Ketua kelas memimpin doa sebelum pulang. Tepat ketika aku hendak meninggalkan lapangan, matahari mulai bersinar cerah menampakkan hijau dan luasnya lapangan baru SMAN 1 Salatiga, sekolahku.
Oleh: Sesilia Anggi Ivanandewi (24)

0 komentar:

Posting Komentar