Minggu, 25 Maret 2012

Apakah Kantin Kejujuran Benar-Benar Berpengaruh pada Pendidikan Karakter ?

Karakter jujur mulai terabaikan ? Ya, itulah yang terjadi saat ini. Anak-anak sudah tidak bisa menerapkan karakter kejujuran itu dalam kehidupan sehari-hari. Tetapi sebenarnya tidak hanya anak-anak saja melainkan orang tua juga telah melupakan sifat jujur. Para pejabat tinggi misalnya, banyak fakta membuktikan ketidakjujuran mereka melalui tindakan korupsi.
                Oleh karena korupsi yang merajalela di Indonesia ini, membuat pemerintah khawatir pada para penerus bangsa. Para pejabat yang seharusnya bisa menjadi teladan bagi para penerus bangsa malah berbuat korupsi. Dan itu merupakan perbuatan yang sangat memalukan. Masalah yang sangat memprihatinkan ini harus segera diatasi agar tidak berdampak lebih buruk lagi. Salah satu usaha pemerintah dalam mengatasi masalah ini adalah dengan menggembar-gemborkan tentang pendidikan karakter. Berbagai upaya telah dilakukan seperti lomba-lomba, seminar dan lain-lain yang semuanya itu mengarah pada pendidikan karakter.
                Kantin kejujuran menjadi salah satu contoh upaya sekolah dalam membangun karakter siswa. Supaya hal ini lebih menekankan lagi , pemerintah membuat iklan ditelevisi yang mengajak generasi muda untuk bersikap jujur contohnya melalui kantin kejujuran. Itu semua dilakukan agar kita semua menjadi sadar akan pentingnya kejujuran. Prinsip dalam kantin kejujuran adalah kita mengambil dan membayar sendiri barang yang kita inginkan. Dalam hal ini, kejujuran kita sedang diuji. Apakah kita mengambil dengan membayar atau kita hanya mengambil saja. Atau mungkin kita membayar tidak dengan harga yang semestinya.Ya, itu semua terserah pada hati nurani kita masing-masing.
                Dalam pelaksanaannya juga tidak semua sekolah berhasil. Banyak juga sekolah yang mengalami kerugian karena ulah siswa yang tidak mau membayar. Ini berarti karakter kejujuran siswa di sekolah tersebt masih rendah. Sekolah masih harus berusaha keras untuk menanamkan pendidikan karakter lagi, walaupun itu tidak mudah, tetapi itu harus dilakukan agar siswa dapat memahami pentingnya kejujuran itu.
                Namun sebenarnya pengadaan kantin kejujuran ini tidak sepenuhnya berpengaruh pada karakter siswa. Banyak juga siswa yang tidak peduli dengan kantin kejujuran ini. Mereka lebih memilih untuk tidak membeli di kantin kejujuran, karena mereka dapat membeli di tempat lain. Akibatnya pembangunan pendidikan karakter ini tidak berpengaruh dan tidak membuat siswa menjadi siswa yang jujur.
                Itulah usaha-usaha pemerintah dalam pembangunan pendidikan karakter bangsa. Memang tidak semua usaha itu berhasil, tetapi semua usaha itu harus tetap dicoba. Pembentukan karakter memang seharusnya dilakukan sedini mungkin melalui keluarganya sendiri. Terutama orang tua karena orang tua mempunyai pengaruh yang besar dalam mendidik anaknya. Dan saat sudah mulai sekolah, maka pendidikan karakter itu diberikan melalui keluarga dan sekolah. Bagaimanapun keluarga mempunyai peranan yang penting dalam pendidikan karakter anak.



Christya Nur Febriani
X-10 / 04

Rabu, 21 Maret 2012

Pendidikan Karakter Melalui Kantin Kejujuran


Nilai pendidikan karakter mulai dilupakan oleh banyak orang. Kedisiplinan, kesopanan, kejujuran, tanggung jawab, kerapian, dan ketertiban sudah tidak diutamakan lagi. Dengan banyaknya orang yang tidak mengerti tentang nilai karakter, maka banyak pula orang yang akan merasa dirugikan dengan perilaku mereka yang tidak mengerti tentang nilai karakter tersebut. Rupanya saat ini kejujuran adalah barang yang sangat mahal. Untuk mengatasi hal tersebut, maka pemerintah menggencarkan pendidikan karakter pada banyak kalangan, salah satunya pada sekolah-sekolah.
 Faktanya, sekarang ini persentase orang yang tidak jujur lebih banyak daripada orang yang jujur. Dengan kreatifitas sekolah, banyak diantara mereka yang mengajarkan tentang nilai karakter pada siswa dengan cara mendirikan kantin kejujuran di sekolah, salah satunya pada sekolah kita, SMA Negeri 1 Salatiga. Belum lama ini SMA Negeri 1 Salatiga mendirikan kantin kejujuran yang menyediakan alat tulis, berbagai makanan ringan, dan bermacam-macam minuman dengan harga yang terjangkau bagi siswa.
Usaha sekolah dalam mengajarkan kejujuran pada setiap siswanya dengan mendirikan kantin kejujuran sangat tepat. Banyak siswa di uji kejujurannya. Pada dasarnya, para siswa yang sudah mulai mengerti tentang nilai karakter dan menerapkan kejujurannya tidak akan merasa dihantui oleh rasa bersalah karena mereka sudah bersikap jujur.
Sayangnya, masih banyak juga siswa yang tidak mempedulikan kejujuran. Mungkin bagi mereka kejujuran adalah hal yang tidak penting sehingga mereka belum bisa berpikir panjang tentang apa yang terjadi apabila mereka tidak berperilaku jujur. Dalam penerapannya di kantin kejujuran, mereka dengan senang mengambil barang yang mereka butuhkan tanpa membayarnya. Jadi, usaha sekolah dengan mendirikan kantin kejujuran bagi siswa yang tidak mengerti nilai karakter akan sia-sia saja.
Dengan demikian, adanya kantin kejujuran pada sekolah-sekolah belum efektif. Kantin kejujuran akan sangat bermanfaat bagi siswa yang sudah mulai mengerti nilai karakter karena mereka dapat melatih kejujurannya melalui kantin kejujuran. Akan tetapi, mereka yang belum mengerti nilai karakter terutama nilai kejujuran juga tidak akan pernah mengerti apa sebenarnya manfaat bersikap jujur. Oleh karena itu, sekolah harus mencari alternatif lain dalam mengajarkan nilai karakter terutama nilai kejujuran pada siswanya, terutama pada siswa yang belum mengerti tentang nilai karakter.

Vania Elysia / 27

Kamis, 15 Maret 2012

Pemberlakuan Poin Pelanggaran

Saat ini tidak sedikit siswa yang sering melanggar peraturan sekolah dengan alasan “peraturan ada untuk dilanggar”. Jika dibiarkan, hal ini akan berakibat buruk. Tidak hanya untuk orang lain, diri sendiri pun akan terkena pengaruh yang buruk, seperti mendapat kesan buruk dari para guru, bahkan hingga dijauhi oleh teman-temannya karena dinilai terlalu “bandel”.
            Untuk mencegah naiknya angka pelanggaran siswa, ada baiknya diberlakukan sistem “Poin Pelanggaran”. Poin pelanggaran diberikan tiap kali siswa melakukan pelanggaran, seperti membolos, makan di kelas, dan tidak memakai seragam sesuai aturan. Selain itu, ditetapkan juga batas siswa bisa dikeluarkan dari sekolah karena sudah terlalu banyak “mengoleksi” poin. Jika tidak diberlakukan sistem poin, kemungkinan dalam suatu sekolah angka pelanggaran siswa akan terus meningkat, bahkan kemungkinan terburuknya, sekolah akan mendapat citra buruk di kalangan masyarakat.
            Apakah pemberlakuan sistem poin berpengaruh terhadap perilaku siswa? Tentu saja poin pelanggaran ini membuat siswa enggan untuk melanggar peraturan. Hal ini dibuktikan dengan seringnya siswa mengancam temannya yang akan melakukan pelanggaran menggunakan modus poin pelanggaran. Apalagi siswa baru di suatu sekolah, mereka cenderung masih berpegang pada peraturan sekolah. Jika tidak ada sistem poin pelanggaran, bisa saja mereka terpengaruh oleh kakak-kakak kelas yang sering kali “menyesatkan” mereka. Dengan adanya sistem poin, siswa baru akan berpikir dua kali untuk bertindak di lingkungan sekolahnya dan seiring berjalannya waktu, hal itu akan menjadi kebiasaan yang akan dibawanya ke tingkat selanjutnya. Jika siswa baru sudah terbiasa menaati peraturan sekolah, maka ketika mereka naik kelas, mereka akan membawa budaya itu, meskipun mereka tidak sadar.
            Sistem poin pelanggaran juga dapat membentuk karakter siswa. Dengan adanya sistem tersebut, siswa akan dilatih untuk taat pada peraturan, disiplin, dan bertanggung jawab, karena siswa akan berpikir dua kali jika akan melakukan pelanggaran. Meskipun masih ada siswa yang “hobi” melanggar peraturan, hal itu tidak akan separah jika tidak ada poin pelanggaran.

X-10 / 07

Selasa, 13 Maret 2012

Sistem Poin


Kalau bicara tentang tata tertib, kita pasti teringat tentang sekolah. Sekolah memang identik dengan tata tertib. Tata tertib sangatlah penting untuk kehidupan kita. Dengan tata tertib kita bisa hidup dengan teratur, rapi, dan nyaman tentunya. Jika Anda seorang pelajar, tentunya setiap hari Anda akan berurusan dengan yang namanya tata tertib.
Tata tertib cukup bagus menurut saya, tetapi kadang kala tata tertib memang tidak sejalan dengan para siswa. Ada siswa yang menjunjung tinggi tata tertib di sekolahnya, tapi ada juga yang menghiraukan bahkan seperti tidak mengenal dengan yang namanya tata tertib. Sehingga mereka seolah-olah bersekolah tanpa aturan, seenak mereka sendiri. Inilah yang membuat pihak sekolah memutar otak untuk mencari solusi atas masalah tersebut.
Ada banyak alternatif cara yang digunakan oleh pihak sekolah, seperti dengan menyebar guru pengawas saat istirahat, dan sebagainya. Tak jarang juga sekolah yang menerapkan sistem poin untuk mengatasi ulah para siswa itu. Seperti yang ada di sekolah saya misalnya, para siswa yang melanggar tata tertib akan diganjar dengan poin yang akan terus diakumulasi yang jika sudah mencapai jumlah tertentu, siswa tersebut akan mendapat sanksi dari sekolah. Bahkan jika jumlah akumulasi poin mencapai batas maksimal yang ditetapkan oleh sekolah, bisa jadi siswa tersebut dikeluarkan dari sekolah.
Sistem poin ini cukup ampuh sebenarnya karena banyak juga sekolah yang menggunakan sistem ini untuk mengawasi siswa mereka. Namun, berhasil atau tidaknya sistem tersebut sangat bergantung terhadap mekanisme pelaksanaannya. Jadi belum tentu jika suatu sekolah menerapkan sistem poin, maka seluruh siswa akan mematuhi tata tertib, bahkan kalau tidak hati-hati sistem ini juga bisa menjadi senjata makan tuan bagi sekolah yang menerapkan.
Seperti yang ada di sekolah saya misalnya, saya merasa sistem poin yang diberlakukan kurang berdampak. Masih saja banyak siswa yang melanggar tata tertib yang sudah ditetapkan oleh pihak sekolah. Dalam hal rambut misalnya, siswa yang rambutnya sudah melebihi ketentuan tata tertib hanya diingatkan saja oleh guru, bahkan beberapa hari setelah itu, siswa tersebut masih belum juga mematuhi tata tertib. Lalu apa gunanya sistem poin yang diterapkan selama ini kalau setiap pelanggaran hanya diingatkan oleh guru?
Sistem poin akan berhasil apabila dijunjung seluruh warga sekolah. Sistem poin seharusnya menjadi tanggung jawab semua guru, bukan hanya guru bidang tertentu, sehingga para siswa tertib terhadap semua guru, bukan hanya kepada guru tertentu. Jika begitu, saya yakin tata tertib akan makin dihargai dan ditaati oleh seluruh siswa.


Stepanus Sinung W. J.
X10-25