Sabtu, 16 Juni 2012

Ponsel Pada Pembelajaran di Sekolah

Remaja jaman sekarang memang sudah tidak bisa lepas lagi dengan yang namanya ponsel. Pada dasarnya memang banyak manfaat yang dapat diperoleh dari ponsel, namun tidak sedikit juga dampak negatifnya. Sebenarnya, manfaat utama penggunaan ponsel adalah untuk saling berhubungan dan berkomunikasi antar individu. Tetapi banyak remaja yang menggunakan ponsel tidak sesuai dengan fungsinya. Sehingga berdampak negatif terhadap pendidikan remaja tersebut. 
 Alangkah baiknya jika penggunaan ponsel tersebut dapat dioptimalkan dalam proses pembelajaran. Selain memaksimalkan fungsi ponsel itu sendiri, tetapi juga membantu dan mendukung dalam proses pembelajaran. Misalnya saja untuk mencari tugas ataupun materi tambahan.
                Akan tetapi, tidak sedikit juga siswa yang bosan dengan pelajaran dan tidak berkonsentrasi yang malah menggunakan ponsel pada saat jam pelajaran dengan tujuan lain, seperti bermain game, membuka jejaring sosial dan kegiatan lain yang tidak ada sangkut pautnya dengan proses pembelajaran. Inilah yang menjadi penyebab banyaknya sekolah yang tidak mengijinkan siswanya untuk menggunakan ponsel pada saat jam pelajaran bahkan dilarang untuk membawanya kesekolah.
                Dari hal di atas dapat disimpulkan bahwa ponsel sendiri mempunyai dampak positif dan negatif yang sama banyaknya. Semuanya tergantung pada mereka yang melaksanakan proses pembelajaran. Tidak lain adalah siswa dan pihak sekolah. Oleh karena itu siswa dan guru seharusnya bisa bekerja sama dalam penggunaan ponsel pada saat jam pelajaran sehingga dari siswa dan guru pun mendapatkan manfaat yang maksimal.

Resti Rahmadani
X10 - 21

Ponsel Di Kalangan Remaja


Ponsel adalah teknologi yang bukan hanya menjadi trend dikalangan remaja, tapi sudah menjadi kebutuhan. Sebenarnya apa kegunaan ponsel bagi kalangan remaja ? ya pasti untuk berkomunikasi dan berhubungan. Banyak sekali hal yang bisa dilakukan dengan ponsel, dari kegiatan positif sampai kegiatan yang bersifat negatif. Semakin maraknya para remaja yang terjerat dalam penyalahgunaan berbagai aplikasi yang disajikan oleh ponsel tersebut.
Untuk kalangan remaja, ponsel tidak hanya penting untuk berkomunikasi atau berhubungan saja, akan tetapi ponsel dapat berguna dalam pergaulan mereka. Pada jaman sekarang hampir setiap remaja mempunyai ponsel. Semakin ketatnya persaingan dagang dan semakin canggih dan ragamnya ponsel yang diproduksi, tidak menutup kemungkinan ponsel menimbulkan kecanduan bagi remaja terutama di kalangan pelajar.
Saking sibuknya mengurusi ponsel, para remaja sering kali lupa pada kewajiban utamanya yaitu belajar. Tentu saja secara langsung maupun tidak langsung penggunaan ponsel secara berlebihan akan mengganggu proses pembelajaran mereka. Mengenai proses pembelajaran, para remaja pada umumnya menghabiskan waktu belajarnya disekolah. Setiap sekolah pasti mempunyai kebijakan masing-masing dalam upaya mengendalikan penggunaan ponsel. Namun, kebanyakan sekolah tidak memperkenankan siswa-siswinya menggunakan ponsel pada  saat kegiatan belajar dan mengajar, tetapi pada kenyataannya masih banyak siswa maupun siswi yang melanggar peraturan tersebut.
Sering menjadi pertimbangan antara pro dan kontra siswa diperbolehkan membawa ponsel atau tidak. Jika penggunaan ponsel dapat dikendalikan dengan baik, ponsel juga dapat bermanfaat bagi sarana pembelajaran. Misalnya semakin bertambahnya fitur di dalam ponsel, sekarang ada ponsel yang juga dapat tersambung ke jaringan internet, tentu internet sangat bisa menjadi referensi siswa dalam pembelajaran. Ponsel juga sarana yang cukup penting untuk menjaga komunikasi antara siswa dan orang tua, terutama remaja yang semakin banyak kegiatan, baik kegiatan sekolah maupun kegiatan luar sekolah.
Mau tidak mau pihak sekolah seharusnya memberi perhatian lebih bagi para siswanya dalam penggunaan ponsel tersebut. Mengoptimalkan penggunaan ponsel dalam pembelajaran juga dapat menjadi cara yang ampuh, supaya siswa dapat lebih memahami berbagai fungsi positif dari ponsel. Terlebih lagi suasana dalam pembelajaran akan terasa lebih menyenangkan dan efisien.
Fabiana Mentari Putri Wijaya (X-10/08)
Saya minta maaf Bu Us, saya mengirim tugasnya sangat terlambat...

Minggu, 25 Maret 2012

Apakah Kantin Kejujuran Benar-Benar Berpengaruh pada Pendidikan Karakter ?

Karakter jujur mulai terabaikan ? Ya, itulah yang terjadi saat ini. Anak-anak sudah tidak bisa menerapkan karakter kejujuran itu dalam kehidupan sehari-hari. Tetapi sebenarnya tidak hanya anak-anak saja melainkan orang tua juga telah melupakan sifat jujur. Para pejabat tinggi misalnya, banyak fakta membuktikan ketidakjujuran mereka melalui tindakan korupsi.
                Oleh karena korupsi yang merajalela di Indonesia ini, membuat pemerintah khawatir pada para penerus bangsa. Para pejabat yang seharusnya bisa menjadi teladan bagi para penerus bangsa malah berbuat korupsi. Dan itu merupakan perbuatan yang sangat memalukan. Masalah yang sangat memprihatinkan ini harus segera diatasi agar tidak berdampak lebih buruk lagi. Salah satu usaha pemerintah dalam mengatasi masalah ini adalah dengan menggembar-gemborkan tentang pendidikan karakter. Berbagai upaya telah dilakukan seperti lomba-lomba, seminar dan lain-lain yang semuanya itu mengarah pada pendidikan karakter.
                Kantin kejujuran menjadi salah satu contoh upaya sekolah dalam membangun karakter siswa. Supaya hal ini lebih menekankan lagi , pemerintah membuat iklan ditelevisi yang mengajak generasi muda untuk bersikap jujur contohnya melalui kantin kejujuran. Itu semua dilakukan agar kita semua menjadi sadar akan pentingnya kejujuran. Prinsip dalam kantin kejujuran adalah kita mengambil dan membayar sendiri barang yang kita inginkan. Dalam hal ini, kejujuran kita sedang diuji. Apakah kita mengambil dengan membayar atau kita hanya mengambil saja. Atau mungkin kita membayar tidak dengan harga yang semestinya.Ya, itu semua terserah pada hati nurani kita masing-masing.
                Dalam pelaksanaannya juga tidak semua sekolah berhasil. Banyak juga sekolah yang mengalami kerugian karena ulah siswa yang tidak mau membayar. Ini berarti karakter kejujuran siswa di sekolah tersebt masih rendah. Sekolah masih harus berusaha keras untuk menanamkan pendidikan karakter lagi, walaupun itu tidak mudah, tetapi itu harus dilakukan agar siswa dapat memahami pentingnya kejujuran itu.
                Namun sebenarnya pengadaan kantin kejujuran ini tidak sepenuhnya berpengaruh pada karakter siswa. Banyak juga siswa yang tidak peduli dengan kantin kejujuran ini. Mereka lebih memilih untuk tidak membeli di kantin kejujuran, karena mereka dapat membeli di tempat lain. Akibatnya pembangunan pendidikan karakter ini tidak berpengaruh dan tidak membuat siswa menjadi siswa yang jujur.
                Itulah usaha-usaha pemerintah dalam pembangunan pendidikan karakter bangsa. Memang tidak semua usaha itu berhasil, tetapi semua usaha itu harus tetap dicoba. Pembentukan karakter memang seharusnya dilakukan sedini mungkin melalui keluarganya sendiri. Terutama orang tua karena orang tua mempunyai pengaruh yang besar dalam mendidik anaknya. Dan saat sudah mulai sekolah, maka pendidikan karakter itu diberikan melalui keluarga dan sekolah. Bagaimanapun keluarga mempunyai peranan yang penting dalam pendidikan karakter anak.



Christya Nur Febriani
X-10 / 04

Rabu, 21 Maret 2012

Pendidikan Karakter Melalui Kantin Kejujuran


Nilai pendidikan karakter mulai dilupakan oleh banyak orang. Kedisiplinan, kesopanan, kejujuran, tanggung jawab, kerapian, dan ketertiban sudah tidak diutamakan lagi. Dengan banyaknya orang yang tidak mengerti tentang nilai karakter, maka banyak pula orang yang akan merasa dirugikan dengan perilaku mereka yang tidak mengerti tentang nilai karakter tersebut. Rupanya saat ini kejujuran adalah barang yang sangat mahal. Untuk mengatasi hal tersebut, maka pemerintah menggencarkan pendidikan karakter pada banyak kalangan, salah satunya pada sekolah-sekolah.
 Faktanya, sekarang ini persentase orang yang tidak jujur lebih banyak daripada orang yang jujur. Dengan kreatifitas sekolah, banyak diantara mereka yang mengajarkan tentang nilai karakter pada siswa dengan cara mendirikan kantin kejujuran di sekolah, salah satunya pada sekolah kita, SMA Negeri 1 Salatiga. Belum lama ini SMA Negeri 1 Salatiga mendirikan kantin kejujuran yang menyediakan alat tulis, berbagai makanan ringan, dan bermacam-macam minuman dengan harga yang terjangkau bagi siswa.
Usaha sekolah dalam mengajarkan kejujuran pada setiap siswanya dengan mendirikan kantin kejujuran sangat tepat. Banyak siswa di uji kejujurannya. Pada dasarnya, para siswa yang sudah mulai mengerti tentang nilai karakter dan menerapkan kejujurannya tidak akan merasa dihantui oleh rasa bersalah karena mereka sudah bersikap jujur.
Sayangnya, masih banyak juga siswa yang tidak mempedulikan kejujuran. Mungkin bagi mereka kejujuran adalah hal yang tidak penting sehingga mereka belum bisa berpikir panjang tentang apa yang terjadi apabila mereka tidak berperilaku jujur. Dalam penerapannya di kantin kejujuran, mereka dengan senang mengambil barang yang mereka butuhkan tanpa membayarnya. Jadi, usaha sekolah dengan mendirikan kantin kejujuran bagi siswa yang tidak mengerti nilai karakter akan sia-sia saja.
Dengan demikian, adanya kantin kejujuran pada sekolah-sekolah belum efektif. Kantin kejujuran akan sangat bermanfaat bagi siswa yang sudah mulai mengerti nilai karakter karena mereka dapat melatih kejujurannya melalui kantin kejujuran. Akan tetapi, mereka yang belum mengerti nilai karakter terutama nilai kejujuran juga tidak akan pernah mengerti apa sebenarnya manfaat bersikap jujur. Oleh karena itu, sekolah harus mencari alternatif lain dalam mengajarkan nilai karakter terutama nilai kejujuran pada siswanya, terutama pada siswa yang belum mengerti tentang nilai karakter.

Vania Elysia / 27

Kamis, 15 Maret 2012

Pemberlakuan Poin Pelanggaran

Saat ini tidak sedikit siswa yang sering melanggar peraturan sekolah dengan alasan “peraturan ada untuk dilanggar”. Jika dibiarkan, hal ini akan berakibat buruk. Tidak hanya untuk orang lain, diri sendiri pun akan terkena pengaruh yang buruk, seperti mendapat kesan buruk dari para guru, bahkan hingga dijauhi oleh teman-temannya karena dinilai terlalu “bandel”.
            Untuk mencegah naiknya angka pelanggaran siswa, ada baiknya diberlakukan sistem “Poin Pelanggaran”. Poin pelanggaran diberikan tiap kali siswa melakukan pelanggaran, seperti membolos, makan di kelas, dan tidak memakai seragam sesuai aturan. Selain itu, ditetapkan juga batas siswa bisa dikeluarkan dari sekolah karena sudah terlalu banyak “mengoleksi” poin. Jika tidak diberlakukan sistem poin, kemungkinan dalam suatu sekolah angka pelanggaran siswa akan terus meningkat, bahkan kemungkinan terburuknya, sekolah akan mendapat citra buruk di kalangan masyarakat.
            Apakah pemberlakuan sistem poin berpengaruh terhadap perilaku siswa? Tentu saja poin pelanggaran ini membuat siswa enggan untuk melanggar peraturan. Hal ini dibuktikan dengan seringnya siswa mengancam temannya yang akan melakukan pelanggaran menggunakan modus poin pelanggaran. Apalagi siswa baru di suatu sekolah, mereka cenderung masih berpegang pada peraturan sekolah. Jika tidak ada sistem poin pelanggaran, bisa saja mereka terpengaruh oleh kakak-kakak kelas yang sering kali “menyesatkan” mereka. Dengan adanya sistem poin, siswa baru akan berpikir dua kali untuk bertindak di lingkungan sekolahnya dan seiring berjalannya waktu, hal itu akan menjadi kebiasaan yang akan dibawanya ke tingkat selanjutnya. Jika siswa baru sudah terbiasa menaati peraturan sekolah, maka ketika mereka naik kelas, mereka akan membawa budaya itu, meskipun mereka tidak sadar.
            Sistem poin pelanggaran juga dapat membentuk karakter siswa. Dengan adanya sistem tersebut, siswa akan dilatih untuk taat pada peraturan, disiplin, dan bertanggung jawab, karena siswa akan berpikir dua kali jika akan melakukan pelanggaran. Meskipun masih ada siswa yang “hobi” melanggar peraturan, hal itu tidak akan separah jika tidak ada poin pelanggaran.

X-10 / 07

Selasa, 13 Maret 2012

Sistem Poin


Kalau bicara tentang tata tertib, kita pasti teringat tentang sekolah. Sekolah memang identik dengan tata tertib. Tata tertib sangatlah penting untuk kehidupan kita. Dengan tata tertib kita bisa hidup dengan teratur, rapi, dan nyaman tentunya. Jika Anda seorang pelajar, tentunya setiap hari Anda akan berurusan dengan yang namanya tata tertib.
Tata tertib cukup bagus menurut saya, tetapi kadang kala tata tertib memang tidak sejalan dengan para siswa. Ada siswa yang menjunjung tinggi tata tertib di sekolahnya, tapi ada juga yang menghiraukan bahkan seperti tidak mengenal dengan yang namanya tata tertib. Sehingga mereka seolah-olah bersekolah tanpa aturan, seenak mereka sendiri. Inilah yang membuat pihak sekolah memutar otak untuk mencari solusi atas masalah tersebut.
Ada banyak alternatif cara yang digunakan oleh pihak sekolah, seperti dengan menyebar guru pengawas saat istirahat, dan sebagainya. Tak jarang juga sekolah yang menerapkan sistem poin untuk mengatasi ulah para siswa itu. Seperti yang ada di sekolah saya misalnya, para siswa yang melanggar tata tertib akan diganjar dengan poin yang akan terus diakumulasi yang jika sudah mencapai jumlah tertentu, siswa tersebut akan mendapat sanksi dari sekolah. Bahkan jika jumlah akumulasi poin mencapai batas maksimal yang ditetapkan oleh sekolah, bisa jadi siswa tersebut dikeluarkan dari sekolah.
Sistem poin ini cukup ampuh sebenarnya karena banyak juga sekolah yang menggunakan sistem ini untuk mengawasi siswa mereka. Namun, berhasil atau tidaknya sistem tersebut sangat bergantung terhadap mekanisme pelaksanaannya. Jadi belum tentu jika suatu sekolah menerapkan sistem poin, maka seluruh siswa akan mematuhi tata tertib, bahkan kalau tidak hati-hati sistem ini juga bisa menjadi senjata makan tuan bagi sekolah yang menerapkan.
Seperti yang ada di sekolah saya misalnya, saya merasa sistem poin yang diberlakukan kurang berdampak. Masih saja banyak siswa yang melanggar tata tertib yang sudah ditetapkan oleh pihak sekolah. Dalam hal rambut misalnya, siswa yang rambutnya sudah melebihi ketentuan tata tertib hanya diingatkan saja oleh guru, bahkan beberapa hari setelah itu, siswa tersebut masih belum juga mematuhi tata tertib. Lalu apa gunanya sistem poin yang diterapkan selama ini kalau setiap pelanggaran hanya diingatkan oleh guru?
Sistem poin akan berhasil apabila dijunjung seluruh warga sekolah. Sistem poin seharusnya menjadi tanggung jawab semua guru, bukan hanya guru bidang tertentu, sehingga para siswa tertib terhadap semua guru, bukan hanya kepada guru tertentu. Jika begitu, saya yakin tata tertib akan makin dihargai dan ditaati oleh seluruh siswa.


Stepanus Sinung W. J.
X10-25 

Kamis, 23 Februari 2012


lembar pertama
1. ada, dari rasa dan aroma amsing2 apel
2. Persamaan: Bentuknya hampir mirip satu sama lain dg bentuk dasar bulat, dari segi buah apel memilik karakterisitik daging yang renyah dan kebanyakan dari buahnya punya aroma yang khas
3. Perbedaan : di tabel setelah kolom aroma

lembar kedua
1. ada
2.keanekaragaman hayati
3. perbedaan gen pada buah
                     No Nama Buah Karakterisitik Bentuk Buah Daging Buah Rasa Aroma Warna Kulit Tekstur Buah Permukaan Kulit 1 Apel Fuji Bulat Renyah Segar manis baunya khas putih kemerahan Renyah agak lembek halus 2 Apel Washington lonjong Hati Renyah Segar manis baunya khas merah Renyah agak keras halus 3 Apel Malang Bulat kecil Renyah agak asam tidak ada hijau Renyah agak keras agak kasar No Jenis Biji bentuk Warna Panjang Keliling 1 Kacang Hijau Bulat agak lonjong hijau tua 0,5 cm 1,3 cm 2 Kacang Tanah Bulat Kulitnya ari nya coklat, dalamnya putih 1,1 cm 2,5 cm 3 Kacang Kedelai Bulat agak lonjong Kulitnya ari nya coklat, dalamnya putih 0,7 cm 1,4cm 4 Kacang Panjang lonjong hijau 1 cm 2,5 cm 5 Kacang Kapri bulat hijau muda 0,8 cm 2,4 cm           

Kamis, 16 Februari 2012

Kantin Kejujuran, Pioner Pembentukan Karakter Bangsa

Kejujuran merupakan nilai yang wajib ada pada diri manusia. Pada zaman modern seperti ini, kejujuran mulai melemah, menurun bahkan lenyap. Tampak dari beberapa generasi muda yang sudah mulai mengambil jalan pintas dan tidak mengindahkan nilai kejujuran lagi. Maraknya korupsi, menurunnya solidarias antar SARA, dan timbulnya rasa egois menjadi suatu hal yang dapat membuktikan bahwa kejujuran sudah hilang dari dunia ini. Maka langkah apa yang dapat dilakukan untuk mengatasinya? Akhir – akhir ini sedang marak diadakanya pendidikan karakter oleh pemerintah yang bertujuan agar generasi muda mau menghargai dan menjunjung tinggi kejujuran sehingga tercipta kombinasi yang pas dan berkualitas. SMA Negeri 1 Salatiga sudah mulai menggalakkan sistem kantin kejujuran. Apakah sistem tersebut mampu dan efektif untuk membangun nilai karakter siswa?
Secara umum kantin kejujuran sama halnya dengan koperasi – koperasi sekolah yang lainnya. Namun, ada hal yang membuat mereka beda yakni sistemnya. Di koperasi kita dilayani oleh petugas ketika kita membeli sesuatu barang tetapi tidak bagi kantin kejujuran. Disana kita dapat mengambil dan membayar sendiri tanpa dilayani petugas satu pun. Mengapa kantin kejujuran menjadi alasan untuk membangun mental jujur? Apa manfaatnya?
Saat kita membeli barang yang kita butuhkan di kantin kejujuran, kita ditantang untuk berbuat jujur melalui barang yang kita ambil apakah sudah sesuai dengan harga yang ada, atau apakah kita akan mengambil tanpa membayar ? disinilah kejujuran dan mental kita diuji. Kepercayaan yang sekolah berikan melatih pula tentang kedisiplinan dan tanggung jawab. Melalui “kaju” yang berarti kantin kejujuran kita dibiasakan untuk tidak berhutang dan mendidik kita untuk mandiri dalam menentukan skala prioritas kebutuhan.
Semua cara di dunia ini pasti tak ada yang berjalan sesuai dengan rencana. Karena hampir seluruh siswa pada setiap harinya bertransaksi di kantin kejujuran membuat sulitnya mengawasi karakter siswa. Para guru pasti ingin  memantau dan mengamati gerak gerik setiap perubahan karakter anak didiknya. Namun, hal itu tidaklah mungkin karena mengingat begitu banyak siswa yang ada. Maka sistem kantin kejujuran tersebut perlu waktu yang tidaklah singkat untuk mengubah karakter siswa kearah baik. Perlu waktu beberapa bulan untuk bisa menarik kesimpulan berhasil atau tidakkah sistem ini mampu membangun karakter siswa.
Kantin kejujuran merupakan usaha yang dinilai unik tapi mampu membangun karakter secara efektif. Sebuah langkah awal yang pas untuk menciptakan generasi muda yang bermutu. Jika cara ini dinilai sekolah baik maka akan muncul cara – cara lain untuk melengkapinya. Misalnya dengan seminar atau lomba – lomba antar kelas yang dapat memupuk rasa kompak dan percaya diri antar siswanya sendiri. Kantin kejujuran menjadi pioner atau perintis dalam melahirkan bibit unggul yang jujur, disiplin, tanggung jawab dan mandiri. 

Angelita Dinda Arum Sari
X – 10 / 03

Rabu, 15 Februari 2012

Pemberlakuan Sistem Poin Terhadap Siswa yang Melanggar Peraturan

 
            Akhir-akhir ini semakin banyak siswa yang mulai melakukan tindakan indisipliner. Hal ini membuat siswa yang ingin tertib, serta sebagian masyarakat terganggu. Beberapa aktivitas yang dianggap tidak tertib dan mengganggu sebagian masyarakat sekolah diantaranya adalah siswa yang membolos pada jam pelajaran lalu pergi ke jalan dan mabuk. Hal itu tentunya sangat mengganggu aktivitas masyarakat dan warga sekolah. Hal-hal yang dianggap pelanggaran di sekolah adalah segala aktivitas yang dianggap tidak tertib dan mengganggu masyarakat dan warga sekolah. Maka dari itu, banyak sekolah yang memberlakukan sistem poin untuk membatasi aktivitas siswa yang tidak berkenan.  
            Sistem poin yang dimaksud adalah apabila ada siswa yang melanggar peraturan akan diberi poin. Apabila siswa tersebut mencapai poin sudah ditentukan oleh pihak sekolah, maka akan diberi sanksi-sanksi tertentu, sesuai dengan jumlah poin yang sudah dicapai oleh siswa itu. Tapi, akankah cara tersebut efektif ? Jawabannya adalah ya. Sebuah penelitian mengungkapkan bahwa anak yang takut akan hukuman pasti akan berusaha untuk tidak mendapatkan hukuman. 
            Hal ini seharusnya mulai diterapkan di semua sekolah. Aktivitas dan kegiatan siswa perlu dibatasi untuk meminimalisir tingkat kenaikan tindakan indisipliner siswa. Pemberlakuan sistem poin ini perlu dilakukan sangat ketat, serta semua warga sekolah termasuk para siswa diwajibkan mengerti tentang pemberlakuan sistem poin yang dilakukan oleh sekolah tersebut. Tentu saja kegiatan ini perlu dukungan dan partisipasi semua pihak. Apabila tidak, tentunya pemberlakuan sistem poin terhadap siswa yang melakukan pelanggaran akan sia-sia.
             Setiap guru menjadi pemegang peran yang sangat penting dalam kegiatan ini, karena guru-lah yang melakukan pengamatan dan melakukan tindakan pencatatan poin kepada siswa yang melanggar peraturan sekolah. Sikap guru yang melakukan aktivitas tersebut diharapkan bertindak tegas dan tidak pandang bulu. Akan tetapi, ketika siswa tersebut ditinggal oleh guru, mungkin mereka melakukan tindakan pelanggaran. Agar tidak terjadi tindakan pelanggaran, dibutuhkan kerjasama dari siswa yang melihat temannya yang melakukan tindakan pelanggaran. 
            Selain hal-hal yang sudah dikemukakan tadi, juga diperlukan arahan dari pihak sekolah agar setiap siswa memahami peraturan yang diberlakukan oleh sekolah tersebut. Juga diperlukan bimbingan moral dan motivasi dari setiap guru yang mengajar. Faktor-faktor tersebut harus terjaga semua agar pemberlakuan sistem poin berjalan dengan lancar. Setelah itu, juga diperlukan evaluasi untuk mengurangi kelemahan sistem poin. 
 IRIANTO JUSTISILVAWAN
X-10
 12



Selasa, 07 Februari 2012

Kantin Kejujuran

Kantin kejujuran adalah salah satu cara untuk menggalakkan pendidikan karakter yang saat ini sedang marak di Indonesia. Biasanya untuk mendidik karakter bangsa diadakan sosialisasi, kampanye, atau lainnya, dan kantin kejujuranlah yang paling mudah dan sering dijumpai oleh anak-anak sekolah yang di sekolahnya terdapat kantin kejujuran. Kantin kejujuran merupakan cara mendidik karakter yang bisa dikatakan baru tenar. Karena belum banyak sekolah yang menyediakan kantin kejujuran.
Dari namanya, sudah pasti sebuah kantin kejujuran mengajarkan untuk jujur. Sejak kecil, baik orang tua maupun guru pasti mengajarkan kepada anak-anaknya untuk tidak berbohong dan tidak mengambil sesuatu yang bukan haknya atau miliknya.
Anak-anak sekolah biasanya menggunakan uang mereka untuk membeli sesuatu seperti makanan, minuman, atau alat tulis. Karena kantin kejujuran berada di sekolah, maka anak pasti akan menjumpai kantin kejujuran setiap hari mereka bersekolah dan membeli makanan, minuman, ataupun alat tulis di kantin kejujuran tersebut. Meskipun anak yang membeli di kantin kejujuran jumlahnya lebih sedikit dari anak yang membeli di kantin biasa, tetapi  setidaknya, anak yang pernah membeli disana sudah dilatih untuk jujur.
Jika anak-anak zaman sekarang tidak berlaku jujur dalam hal keuangan, hal itu bisa disebut korupsi. Meskipun korupsi di kantin kejujuran merupakan korupsi yang tergolong kecil, tetapi jika kebiasaan itu tidak dihilangkan, maka akan membuat masa depan menjadi seorang koruptor. Dan semua tahu bahwa korupsi itu tidak baik.
Adanya kantin kejujuran di sekolah merupakan sarana yang baik untuk mendidik karakter seorang anak. Kantin kejujuran bisa melatih siswa untuk berlaku jujur. Kantin kejujuran akan sukses apabila siwa-siswi ikut berpartisipasi dengan cara membayar dan mengambil kembalian sendiri secara jujur. Selain siswa sendiri yang melakukan, orang tua maupun guru juga harus memberi pendidikan tentang keteladanan sejak dini.

Oleh : Maestra Martadinatyugra / 14

Senin, 06 Februari 2012

Pemberlakuan Sistem Poin Terhadap Siswa
 yang Melakukan Pelanggaran

Pelanggaran yang dilakukan pelajar di lingkungan sekolah merupakan cerita lama yang cukup sering terjadi. Seakan-akan pelanggaran yang di lakukan oleh para pelajar telah memiliki akar yang kuat sehingga sangat sulit di berantas. Mulai dari pelanggaran kecil sampai pelanggaran yang berat. Banyak cara yang dilakukan oleh pihak sekolah untuk meminimalkan tingkat pelanggaran di sekolah, dan belakangan ini mulai muncul suatu sistem di sekolah-sekolah untuk memberantas pelanggaran yang di lakukan oleh pelajar dengan sistem poin.
Mekanisme kerja sistem poin dengan memberikan poin pokok kepada pelajar yang masing-masing setiap pelajar jumlahnya sama, misalnya saja 200 poin. Jika ada pelajar yang melanggar aturan maka poin yang dimilikinya akan dikurangi sesuai dengan pelanggaran yang telah dilakukannya. Bagi pelajar yang poinnya telah mencapai pada batasan yang ditentukan (misalnya 50 poin) maka siswa tersebut akan mendapat sanksi tambahan, seperti diskors, di-DO (Drop Out), atau sesuai dengan kebijakan yang telah ditentukan oleh sekolah.
Namun, apakah pemberlakuan sistem poin di sekolah-sekolah sudah efektif dan sesuai dengan tujuan yang di inginkan ? pada  kenyataannya sistem poin yang diberlakukan belum  berjalan dengan lancar dan dapat memberantas pelanggaran yang dilakukan oleh para pelajar. Ketika di sekolah guru dapat mengamati para siswa, serta memberikan poin kepada siswa yang melanggar aturan. Sementara itu ketika tidak ada yang mengawasi, mungkin saja para siswa melakukan pelanggaran dan tidak ada yang mengetahuinya. Pelanggaran ringan yang sering dilakukan siswa adalah mengenai cara berpakaian dan mengenai penggunaan hp saat jam pembelajaran berlangsung.
Di beberapa sekolah hal-hal seperti itu sering terabaikan dan tidak terlalu dipermasalahkan. Dan bahkan seakan-akan sistem poin yang berlaku di sekolah menjadi tidak berlaku sama sekali. Ketika siswa bertemu dengan guru, mereka berpakaian rapi tetapi setelah tidak ada guru menjadi berputar 1800 yang tadinya rapi menjadi tidak rapi. Aturan tata tertib di sekolah ditaati jika ada yang mengawasi tetapi jika tidak ada yang mengawasi maka menjadi seenaknya sendiri.
Sistem poin yang berlaku juga harus diimbangi dengan arahan dan bimbingan dari guru kepada siswa. Guru tidak hanya sekedar memarahi siswa dan langsung memberikan sanksi/poin. Karena jika demikian sama sekali tidak mendidik siswa, dan hanya akan membuat siswa mengulangi kesalahan yang sama.Namun guru harus memberikan arahan dengan cara yang tepat agar siswa dapat mengerti dan dapat benar-benar menaati aturan yang berlaku. Penanaman sikap dan moral yang baik dalam diri para siswa akan membantu terwujudnya tujuan dari sistem poin yaitu untuk terwujudnya ketertiban dalam lingkungan sekolah. Memang sulit untuk memberantas pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan di lingkungan sekolah, zaman yang semakin maju, faktor pergaulan, lingkungan tempat tinggal, juga merupakan salah satu faktor mengapa pelanggaran-pelanggaran di lingkungan sekolah sulit untuk dihilangkan. Sungguh situasi yang sangat kompleks, hal-hal tersebut berawal dari pelanggaran-pelanggaran kecil tetapi jika di biarkan akan menjadi suatu masalah besar.
Walaupun belum benar-benar berjalan dengan efektif sistem poin yang diberlakukan sekolah sudah sedikit membantu dalam menanggulangi pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh para pelajar.

Yeremia Krisna Dika Mahendra
X-10 / 29

Minggu, 05 Februari 2012

Dampak Handphone ( HP ) Untuk Pelajar

Handphone ( HP ) sudah merupakan hal yang tidak asing lagi untuk seorang pelajar. Untuk lingkungan SMA N 1 Salatiga, hampir semua pelajar di sini memiliki HP, bahkan tak sedikit yang memiliki HP lebih dari satu di kantongnya. Hal ini dikarenakan HP saat ini sudah semakin cangih dan semakin simple dengan berbagai fitur yang ada di dalamnya. Bahkan tak jarang pelajar menyatakan bahwa ‘tak bisa hidup tanpa handphone’, ‘hidup seakan hampa tanpa handphone’ atau kalimat-kalimat lain yang sejenis dengan itu.
Sebenarnya jika dimanfaatkan dengan baik, HP memiliki sisi positif untuk pelajar, seperti :
1.    Mempermudah komunikasi : Misalnya saat kita ingin bertanya materi / tugas pelajaran kepada guru, kita tidak perlu repot untuk ke rumahnya, melainkan cukup dengan mempergunakan benda kecil itu kita dapat berkomunikasi dengan guru kita.
2.  Menambah pengetahuan :  Saat kita akan mencari tugas atau bahan pelajaran, kita bisa menggunakan HP tersebut untuk menjelajah ke internet dan kita akan menemukan banyak hal untuk pengetahuan kita.                                                                      
3.      Memperluas jaringan persahabatan

Namun, seperti koin yang memiliki dua sisi, HP pun memiliki dua sisi yaitu sisi negatif dan sisi positif. Di sinilah biasanya pelajar masih terperangkap sisi negatif dari HP. Pelajar belum bisa memanfaatkan kelonggaran dari sekolah ( yang memperbolehkan pelajar membawa HP )  dengan baik. Beberapa dampak negatif HP untuk pelajar :

1.    Mengganggu perkembangan : dengan canggihnya fitur-fitur yang tersedia di HP ( Kamera, Games, dll ) akan mengganggu siswa dalam menerima pelajaran di sekolah. Tidak jarang pelajar di sibukkan dengan menerima panggilan, sms, dari teman atau bahkan keluarga sendiri. Lebih parah lagi ada yang menggunakan HP untuk mencontek dalam ulangan / ujian.
2.   Efek Radiasi : penggunaan HP berakibat buruk terhadap kesehatan, ada baiknya pelajar lebih berhati-hati dan bijaksana dalam menggunakan HP.
3.      Rawan terhadap tindak kejahatan.
4.      Menciptakan lingkungan pergaulan sosial yang tidak sehat.
5.      Berpotensi mempengaruhi sikap dan perilaku siswa.
6.      Pemborosan.
7.      Membentuk sifat hedonisme.

Itulah dua sisi HP. Semua tergantung kepada penggunanya, bagaimana ia akan memanfaatkan
HP tersebut. Untuk pelajar, dapat mulai belajar memanfaatkan HP untuk hal yang positif. Kurangi intensitas menggunakan HP jika memang tidak terlalu dibutuhkan. Dan usahakan jangan menggunakan HP saat kegiatan belajar mengajar berlangsung, kecuali untuk mencari bahan-bahan pelajaran. 

Oleh : Yosua Ivan Pradana ( X-10 / 31 )