Kamis, 23 Februari 2012


lembar pertama
1. ada, dari rasa dan aroma amsing2 apel
2. Persamaan: Bentuknya hampir mirip satu sama lain dg bentuk dasar bulat, dari segi buah apel memilik karakterisitik daging yang renyah dan kebanyakan dari buahnya punya aroma yang khas
3. Perbedaan : di tabel setelah kolom aroma

lembar kedua
1. ada
2.keanekaragaman hayati
3. perbedaan gen pada buah
                     No Nama Buah Karakterisitik Bentuk Buah Daging Buah Rasa Aroma Warna Kulit Tekstur Buah Permukaan Kulit 1 Apel Fuji Bulat Renyah Segar manis baunya khas putih kemerahan Renyah agak lembek halus 2 Apel Washington lonjong Hati Renyah Segar manis baunya khas merah Renyah agak keras halus 3 Apel Malang Bulat kecil Renyah agak asam tidak ada hijau Renyah agak keras agak kasar No Jenis Biji bentuk Warna Panjang Keliling 1 Kacang Hijau Bulat agak lonjong hijau tua 0,5 cm 1,3 cm 2 Kacang Tanah Bulat Kulitnya ari nya coklat, dalamnya putih 1,1 cm 2,5 cm 3 Kacang Kedelai Bulat agak lonjong Kulitnya ari nya coklat, dalamnya putih 0,7 cm 1,4cm 4 Kacang Panjang lonjong hijau 1 cm 2,5 cm 5 Kacang Kapri bulat hijau muda 0,8 cm 2,4 cm           

Kamis, 16 Februari 2012

Kantin Kejujuran, Pioner Pembentukan Karakter Bangsa

Kejujuran merupakan nilai yang wajib ada pada diri manusia. Pada zaman modern seperti ini, kejujuran mulai melemah, menurun bahkan lenyap. Tampak dari beberapa generasi muda yang sudah mulai mengambil jalan pintas dan tidak mengindahkan nilai kejujuran lagi. Maraknya korupsi, menurunnya solidarias antar SARA, dan timbulnya rasa egois menjadi suatu hal yang dapat membuktikan bahwa kejujuran sudah hilang dari dunia ini. Maka langkah apa yang dapat dilakukan untuk mengatasinya? Akhir – akhir ini sedang marak diadakanya pendidikan karakter oleh pemerintah yang bertujuan agar generasi muda mau menghargai dan menjunjung tinggi kejujuran sehingga tercipta kombinasi yang pas dan berkualitas. SMA Negeri 1 Salatiga sudah mulai menggalakkan sistem kantin kejujuran. Apakah sistem tersebut mampu dan efektif untuk membangun nilai karakter siswa?
Secara umum kantin kejujuran sama halnya dengan koperasi – koperasi sekolah yang lainnya. Namun, ada hal yang membuat mereka beda yakni sistemnya. Di koperasi kita dilayani oleh petugas ketika kita membeli sesuatu barang tetapi tidak bagi kantin kejujuran. Disana kita dapat mengambil dan membayar sendiri tanpa dilayani petugas satu pun. Mengapa kantin kejujuran menjadi alasan untuk membangun mental jujur? Apa manfaatnya?
Saat kita membeli barang yang kita butuhkan di kantin kejujuran, kita ditantang untuk berbuat jujur melalui barang yang kita ambil apakah sudah sesuai dengan harga yang ada, atau apakah kita akan mengambil tanpa membayar ? disinilah kejujuran dan mental kita diuji. Kepercayaan yang sekolah berikan melatih pula tentang kedisiplinan dan tanggung jawab. Melalui “kaju” yang berarti kantin kejujuran kita dibiasakan untuk tidak berhutang dan mendidik kita untuk mandiri dalam menentukan skala prioritas kebutuhan.
Semua cara di dunia ini pasti tak ada yang berjalan sesuai dengan rencana. Karena hampir seluruh siswa pada setiap harinya bertransaksi di kantin kejujuran membuat sulitnya mengawasi karakter siswa. Para guru pasti ingin  memantau dan mengamati gerak gerik setiap perubahan karakter anak didiknya. Namun, hal itu tidaklah mungkin karena mengingat begitu banyak siswa yang ada. Maka sistem kantin kejujuran tersebut perlu waktu yang tidaklah singkat untuk mengubah karakter siswa kearah baik. Perlu waktu beberapa bulan untuk bisa menarik kesimpulan berhasil atau tidakkah sistem ini mampu membangun karakter siswa.
Kantin kejujuran merupakan usaha yang dinilai unik tapi mampu membangun karakter secara efektif. Sebuah langkah awal yang pas untuk menciptakan generasi muda yang bermutu. Jika cara ini dinilai sekolah baik maka akan muncul cara – cara lain untuk melengkapinya. Misalnya dengan seminar atau lomba – lomba antar kelas yang dapat memupuk rasa kompak dan percaya diri antar siswanya sendiri. Kantin kejujuran menjadi pioner atau perintis dalam melahirkan bibit unggul yang jujur, disiplin, tanggung jawab dan mandiri. 

Angelita Dinda Arum Sari
X – 10 / 03

Rabu, 15 Februari 2012

Pemberlakuan Sistem Poin Terhadap Siswa yang Melanggar Peraturan

 
            Akhir-akhir ini semakin banyak siswa yang mulai melakukan tindakan indisipliner. Hal ini membuat siswa yang ingin tertib, serta sebagian masyarakat terganggu. Beberapa aktivitas yang dianggap tidak tertib dan mengganggu sebagian masyarakat sekolah diantaranya adalah siswa yang membolos pada jam pelajaran lalu pergi ke jalan dan mabuk. Hal itu tentunya sangat mengganggu aktivitas masyarakat dan warga sekolah. Hal-hal yang dianggap pelanggaran di sekolah adalah segala aktivitas yang dianggap tidak tertib dan mengganggu masyarakat dan warga sekolah. Maka dari itu, banyak sekolah yang memberlakukan sistem poin untuk membatasi aktivitas siswa yang tidak berkenan.  
            Sistem poin yang dimaksud adalah apabila ada siswa yang melanggar peraturan akan diberi poin. Apabila siswa tersebut mencapai poin sudah ditentukan oleh pihak sekolah, maka akan diberi sanksi-sanksi tertentu, sesuai dengan jumlah poin yang sudah dicapai oleh siswa itu. Tapi, akankah cara tersebut efektif ? Jawabannya adalah ya. Sebuah penelitian mengungkapkan bahwa anak yang takut akan hukuman pasti akan berusaha untuk tidak mendapatkan hukuman. 
            Hal ini seharusnya mulai diterapkan di semua sekolah. Aktivitas dan kegiatan siswa perlu dibatasi untuk meminimalisir tingkat kenaikan tindakan indisipliner siswa. Pemberlakuan sistem poin ini perlu dilakukan sangat ketat, serta semua warga sekolah termasuk para siswa diwajibkan mengerti tentang pemberlakuan sistem poin yang dilakukan oleh sekolah tersebut. Tentu saja kegiatan ini perlu dukungan dan partisipasi semua pihak. Apabila tidak, tentunya pemberlakuan sistem poin terhadap siswa yang melakukan pelanggaran akan sia-sia.
             Setiap guru menjadi pemegang peran yang sangat penting dalam kegiatan ini, karena guru-lah yang melakukan pengamatan dan melakukan tindakan pencatatan poin kepada siswa yang melanggar peraturan sekolah. Sikap guru yang melakukan aktivitas tersebut diharapkan bertindak tegas dan tidak pandang bulu. Akan tetapi, ketika siswa tersebut ditinggal oleh guru, mungkin mereka melakukan tindakan pelanggaran. Agar tidak terjadi tindakan pelanggaran, dibutuhkan kerjasama dari siswa yang melihat temannya yang melakukan tindakan pelanggaran. 
            Selain hal-hal yang sudah dikemukakan tadi, juga diperlukan arahan dari pihak sekolah agar setiap siswa memahami peraturan yang diberlakukan oleh sekolah tersebut. Juga diperlukan bimbingan moral dan motivasi dari setiap guru yang mengajar. Faktor-faktor tersebut harus terjaga semua agar pemberlakuan sistem poin berjalan dengan lancar. Setelah itu, juga diperlukan evaluasi untuk mengurangi kelemahan sistem poin. 
 IRIANTO JUSTISILVAWAN
X-10
 12



Selasa, 07 Februari 2012

Kantin Kejujuran

Kantin kejujuran adalah salah satu cara untuk menggalakkan pendidikan karakter yang saat ini sedang marak di Indonesia. Biasanya untuk mendidik karakter bangsa diadakan sosialisasi, kampanye, atau lainnya, dan kantin kejujuranlah yang paling mudah dan sering dijumpai oleh anak-anak sekolah yang di sekolahnya terdapat kantin kejujuran. Kantin kejujuran merupakan cara mendidik karakter yang bisa dikatakan baru tenar. Karena belum banyak sekolah yang menyediakan kantin kejujuran.
Dari namanya, sudah pasti sebuah kantin kejujuran mengajarkan untuk jujur. Sejak kecil, baik orang tua maupun guru pasti mengajarkan kepada anak-anaknya untuk tidak berbohong dan tidak mengambil sesuatu yang bukan haknya atau miliknya.
Anak-anak sekolah biasanya menggunakan uang mereka untuk membeli sesuatu seperti makanan, minuman, atau alat tulis. Karena kantin kejujuran berada di sekolah, maka anak pasti akan menjumpai kantin kejujuran setiap hari mereka bersekolah dan membeli makanan, minuman, ataupun alat tulis di kantin kejujuran tersebut. Meskipun anak yang membeli di kantin kejujuran jumlahnya lebih sedikit dari anak yang membeli di kantin biasa, tetapi  setidaknya, anak yang pernah membeli disana sudah dilatih untuk jujur.
Jika anak-anak zaman sekarang tidak berlaku jujur dalam hal keuangan, hal itu bisa disebut korupsi. Meskipun korupsi di kantin kejujuran merupakan korupsi yang tergolong kecil, tetapi jika kebiasaan itu tidak dihilangkan, maka akan membuat masa depan menjadi seorang koruptor. Dan semua tahu bahwa korupsi itu tidak baik.
Adanya kantin kejujuran di sekolah merupakan sarana yang baik untuk mendidik karakter seorang anak. Kantin kejujuran bisa melatih siswa untuk berlaku jujur. Kantin kejujuran akan sukses apabila siwa-siswi ikut berpartisipasi dengan cara membayar dan mengambil kembalian sendiri secara jujur. Selain siswa sendiri yang melakukan, orang tua maupun guru juga harus memberi pendidikan tentang keteladanan sejak dini.

Oleh : Maestra Martadinatyugra / 14

Senin, 06 Februari 2012

Pemberlakuan Sistem Poin Terhadap Siswa
 yang Melakukan Pelanggaran

Pelanggaran yang dilakukan pelajar di lingkungan sekolah merupakan cerita lama yang cukup sering terjadi. Seakan-akan pelanggaran yang di lakukan oleh para pelajar telah memiliki akar yang kuat sehingga sangat sulit di berantas. Mulai dari pelanggaran kecil sampai pelanggaran yang berat. Banyak cara yang dilakukan oleh pihak sekolah untuk meminimalkan tingkat pelanggaran di sekolah, dan belakangan ini mulai muncul suatu sistem di sekolah-sekolah untuk memberantas pelanggaran yang di lakukan oleh pelajar dengan sistem poin.
Mekanisme kerja sistem poin dengan memberikan poin pokok kepada pelajar yang masing-masing setiap pelajar jumlahnya sama, misalnya saja 200 poin. Jika ada pelajar yang melanggar aturan maka poin yang dimilikinya akan dikurangi sesuai dengan pelanggaran yang telah dilakukannya. Bagi pelajar yang poinnya telah mencapai pada batasan yang ditentukan (misalnya 50 poin) maka siswa tersebut akan mendapat sanksi tambahan, seperti diskors, di-DO (Drop Out), atau sesuai dengan kebijakan yang telah ditentukan oleh sekolah.
Namun, apakah pemberlakuan sistem poin di sekolah-sekolah sudah efektif dan sesuai dengan tujuan yang di inginkan ? pada  kenyataannya sistem poin yang diberlakukan belum  berjalan dengan lancar dan dapat memberantas pelanggaran yang dilakukan oleh para pelajar. Ketika di sekolah guru dapat mengamati para siswa, serta memberikan poin kepada siswa yang melanggar aturan. Sementara itu ketika tidak ada yang mengawasi, mungkin saja para siswa melakukan pelanggaran dan tidak ada yang mengetahuinya. Pelanggaran ringan yang sering dilakukan siswa adalah mengenai cara berpakaian dan mengenai penggunaan hp saat jam pembelajaran berlangsung.
Di beberapa sekolah hal-hal seperti itu sering terabaikan dan tidak terlalu dipermasalahkan. Dan bahkan seakan-akan sistem poin yang berlaku di sekolah menjadi tidak berlaku sama sekali. Ketika siswa bertemu dengan guru, mereka berpakaian rapi tetapi setelah tidak ada guru menjadi berputar 1800 yang tadinya rapi menjadi tidak rapi. Aturan tata tertib di sekolah ditaati jika ada yang mengawasi tetapi jika tidak ada yang mengawasi maka menjadi seenaknya sendiri.
Sistem poin yang berlaku juga harus diimbangi dengan arahan dan bimbingan dari guru kepada siswa. Guru tidak hanya sekedar memarahi siswa dan langsung memberikan sanksi/poin. Karena jika demikian sama sekali tidak mendidik siswa, dan hanya akan membuat siswa mengulangi kesalahan yang sama.Namun guru harus memberikan arahan dengan cara yang tepat agar siswa dapat mengerti dan dapat benar-benar menaati aturan yang berlaku. Penanaman sikap dan moral yang baik dalam diri para siswa akan membantu terwujudnya tujuan dari sistem poin yaitu untuk terwujudnya ketertiban dalam lingkungan sekolah. Memang sulit untuk memberantas pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan di lingkungan sekolah, zaman yang semakin maju, faktor pergaulan, lingkungan tempat tinggal, juga merupakan salah satu faktor mengapa pelanggaran-pelanggaran di lingkungan sekolah sulit untuk dihilangkan. Sungguh situasi yang sangat kompleks, hal-hal tersebut berawal dari pelanggaran-pelanggaran kecil tetapi jika di biarkan akan menjadi suatu masalah besar.
Walaupun belum benar-benar berjalan dengan efektif sistem poin yang diberlakukan sekolah sudah sedikit membantu dalam menanggulangi pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh para pelajar.

Yeremia Krisna Dika Mahendra
X-10 / 29

Minggu, 05 Februari 2012

Dampak Handphone ( HP ) Untuk Pelajar

Handphone ( HP ) sudah merupakan hal yang tidak asing lagi untuk seorang pelajar. Untuk lingkungan SMA N 1 Salatiga, hampir semua pelajar di sini memiliki HP, bahkan tak sedikit yang memiliki HP lebih dari satu di kantongnya. Hal ini dikarenakan HP saat ini sudah semakin cangih dan semakin simple dengan berbagai fitur yang ada di dalamnya. Bahkan tak jarang pelajar menyatakan bahwa ‘tak bisa hidup tanpa handphone’, ‘hidup seakan hampa tanpa handphone’ atau kalimat-kalimat lain yang sejenis dengan itu.
Sebenarnya jika dimanfaatkan dengan baik, HP memiliki sisi positif untuk pelajar, seperti :
1.    Mempermudah komunikasi : Misalnya saat kita ingin bertanya materi / tugas pelajaran kepada guru, kita tidak perlu repot untuk ke rumahnya, melainkan cukup dengan mempergunakan benda kecil itu kita dapat berkomunikasi dengan guru kita.
2.  Menambah pengetahuan :  Saat kita akan mencari tugas atau bahan pelajaran, kita bisa menggunakan HP tersebut untuk menjelajah ke internet dan kita akan menemukan banyak hal untuk pengetahuan kita.                                                                      
3.      Memperluas jaringan persahabatan

Namun, seperti koin yang memiliki dua sisi, HP pun memiliki dua sisi yaitu sisi negatif dan sisi positif. Di sinilah biasanya pelajar masih terperangkap sisi negatif dari HP. Pelajar belum bisa memanfaatkan kelonggaran dari sekolah ( yang memperbolehkan pelajar membawa HP )  dengan baik. Beberapa dampak negatif HP untuk pelajar :

1.    Mengganggu perkembangan : dengan canggihnya fitur-fitur yang tersedia di HP ( Kamera, Games, dll ) akan mengganggu siswa dalam menerima pelajaran di sekolah. Tidak jarang pelajar di sibukkan dengan menerima panggilan, sms, dari teman atau bahkan keluarga sendiri. Lebih parah lagi ada yang menggunakan HP untuk mencontek dalam ulangan / ujian.
2.   Efek Radiasi : penggunaan HP berakibat buruk terhadap kesehatan, ada baiknya pelajar lebih berhati-hati dan bijaksana dalam menggunakan HP.
3.      Rawan terhadap tindak kejahatan.
4.      Menciptakan lingkungan pergaulan sosial yang tidak sehat.
5.      Berpotensi mempengaruhi sikap dan perilaku siswa.
6.      Pemborosan.
7.      Membentuk sifat hedonisme.

Itulah dua sisi HP. Semua tergantung kepada penggunanya, bagaimana ia akan memanfaatkan
HP tersebut. Untuk pelajar, dapat mulai belajar memanfaatkan HP untuk hal yang positif. Kurangi intensitas menggunakan HP jika memang tidak terlalu dibutuhkan. Dan usahakan jangan menggunakan HP saat kegiatan belajar mengajar berlangsung, kecuali untuk mencari bahan-bahan pelajaran. 

Oleh : Yosua Ivan Pradana ( X-10 / 31 )    

Sabtu, 04 Februari 2012

Ponsel

“Ponsel.!” Istilah ponsel merupakan hal yang biasa di era modern ini. Misalnya saja di kalangan remaja, “HP ku, jiwa ku” mungkin begitu pengakuan beberapa remaja yang sangat cinta dengan ponsel. Memang, di jaman ini siapa yang tidak butuh ponsel? Mulai dari anak kecil hingga yang dewasa pun sudah melekat dengan benda kecil ini, dengan berbagai fasilitas yang ditawarkan, ponsel membuat setiap pengguna nya merasa nyaman.
                Ponsel, atau yang biasa disebut dengan telepon genggam, pertama kali dibuat oleh Martin Cooper pada tahun 1973, dengan tujuan memudahkan komunikasi antar pengguna telepon genggam. Awalnya fungsi ponsel sama dengan telepon biasa, hanya saja bentuknya yang lebih kecil hingga dapat dibawa kemana saja dan juga tidak memerlukan kabel jaringan telepon, tetapi seiring berjalannya waktu, ponsel semakin berkembang dengan adanya berbagai fasilitas-fasilitas yang disediakan dalam benda kecil tersebut, selain digunakan untuk menerima panggilan, terdapat fasilitas lainnya seperti : SMS, MMS, MP3, Radio, dan ada juga fasilitas yang lain tergantung dengan kecanggihan masing masing ponsel.
                Di kalangan remaja ponsel sangatlah bermanfaat, terlebih di dalam komunikasi antar teman, ponsel memberikan kemudahan dalam berkomunikasi antar penggunanya. Misalnya saja dalam hal menanyakan tugas dari guru, bagi yang tempat tinggal jauh, pasti enggan datang ke rumah teman hanya untuk menanyakan tugas dari guru, dengan ponsel, kita dapat menanyakan tugas ke teman hanya dalam hitungan menit. Dengan ponsel juga, kita dapat menambah wawasan kita, asal ada fasilitas internet, kita bisa menjelajah dunia maya. Dengan internet pula kita bisa mendapat informasi dari dunia luar sana.
                Tapi tak semua fasilitas ponsel memiliki efek positif bagi lingkungan sekitarnya. Di kalangan remaja misalnya, banyak remaja yang iseng dengan cara menakuti masyarakat, lewat teror misalnya, banyak orang mengaku ditelepon orang yang tidak mereka kenali dan memberi informasi rumahnya akan dibom. Saat tes juga, kasus contek mencontek para siswa juga makin marak, terlebih lagi menggunakan fasilitas ponsel, mencontek jadi lebih mudah. Di dalam pelajaran juga tak jarang terlihat siswa sedang asyik berkirim pesan yang pastinya sangatlah mengganggu pelajaran . Tapi mungkin itu demi mengatasi kejenuhan mereka dalam pelajaran.
                Jadi begitulah, ponsel memiliki banyak manfaat baik manfaat positif maupun manfaat negatif. Kita harus memanfaatkannya sebaik mungkin. Ambil baiknya dan buang negatifnya. 

Yohanes Dinar S.A. X-10 / 30

Pemberlakuan Poin dalam Tata Tertib Sekolah

                 Saat ini sudah banyak sekolah menggunakan sistem poin , terutama di kota besar , termasuk SMA Negeri 1 Salatiga , sekolah kita ini . Sudah banyak korban karena terkena dampak dari sistem poin ini . Bukannya poin plus , malahan poin negatif . Tentu saja terdapat pro dan kontra mengenai hal ini .
                Kriteria siswa yang mendapat poin ini mulai dari yang terlambat sekolah , memakai pakaian yang kurang sopan , memakai narkoba , sampai menghamili atau dihamili . Bahkan sampai hal yang dianggap siswa itu ringan , seperti menceburkan teman ke dalam kolam sekolah pun mendapat poin .
                Pelanggaran yang mendapat poin dapat dikategorikan ke dalam beberapa tingkatan . Mulai dari tingkat yang ringan , biasanya hanya ditegur . Dilanjutkan dengan tingkat sedang , siswa akan diberi peringatan yang cukup keras , mungkin orang tua pun dipanggil ke sekolah . Dan untuk tingkat berat , tidak jarang juga siswa langsung dikeluarkan dari sekolah . Itu sekilas tentang sistem poin yang umum dilaksanakan diberbagai sekolah .
                Dalam praktiknya , tidak semua peraturan yang berlaku dapat dilaksanakan dengan baik . Seperti contohnya , seorang siswa datang terlambat , bisa saja siswa itu terlambat tanpa hal yang disadari sebelumnya . Misalnya karena ban bocor , jadi siswa itu harus berjalan kaki , dan masih banyak hal lainnya . Apakah siswa tersebut layak untuk diberi poin ? Meskipun banyak siswa yang berbohong dengan beralasan seperti itu . Maka dari itu , semuanya dimulai dari kesadaran siswa sendiri .
                Sistem poin juga dapat dimanfaatkan untuk mempertegas suatu peraturan . Misalnya peraturan kecil , yang dulu dianggap sepele oleh siswa dan tidak jarang siswa melanggarnya , yaitu dilarang menginjak rumput di lapangan yang sedang dibuat . Mungkin dengan memberlakukan peraturan setiap siswa bila menginjak rumput lapangan akan mendapatkan akumulasi satu poin . Itu akan membuat siswa berpikir dua kali untuk melakukannya .
                Ada juga sisi negatif dari sistem poin ini . Hal ini dapat mendorong siswa untuk melakukan pelanggaran . Seperti siswa yang sengaja untuk dating ke sekolah terlambat , dia tentu memperhitungkan poin yang akan didapatkannya .  Misalnya , setiap terlambat akan mendapat lima poin dan batas pelanggaran ringan jika mencapai lima puluh poin , maka dia mempunyai kesempatan untuk dating terlambat sepuluh kali .
                Maka dari itu , sistem poin ini selain menimbulkan pro dan kontra akan menimbulkan akibat positif dan negatif . Itu semua tergantung dari pengelolaannya di sekolah masing – masing. 

Dany Kristianto
05 / X-10