Rabu, 16 November 2011

LAPANGAN SEKOLAHKU


            Hal pertama yang kulihat setelah mamasuki gerbang sekolahku ialah sebuah hamparan tanah yang cukup luas yang berada di tengah bangunan yang tidak terlalu besar ini. Ya, itulah lapangan yang ada di sekolahku ini. Nampak dari luar, di sekeliling lapangan utama ditanami pohon-pohon yang cukup besar. Terdapat beberapa jenis pohon yang ada di sekeliling lapangan itu, diantaranya pohon buah-buahan, jambu air, yang pada saat musim-musim tertentu berbuah cukup banyak. Para murid pun memanfaatkan momen tersebut dengan mengambil buah yang tumbuh.
            Lapangan yang berbentuk persegi panjang itu dikelilingi oleh bangunan ruang kelas yang seakan-akan mengurung lapangan tersebut. Lapangan utama dikelilingi oleh lintasan lari yang terbuat dari batu bata yang telah ditumbuk yang memberikan gradasi warna yang cukup mencolok dengan bagian tengah lapangan utama yang ditanami rumput hijau segar. Diluar lintasan lari ini, ditanami rumput yang jenisnya berbeda dengan yang ada di lapangan utama. Di area itu juga terdapat tempat bagi pejalan kaki yang terbuat dari paving.
Bila diperhatikan, rumput yang ada di lapangan utama belum cukup rata karena memang belum lama ditanami. Di lapangan utama juga terbentang beberapa tali plastik yang saya juga tidak begitu tahu pasti apa gunanya. Sesekali para pekerja menyiram lapangan demi pertumbuhan rumput yang baik. Di salah satu sisi lapangan, berdiri dengan kokoh sebuah tiang untuk mengibarkan bendera. Capung-capung pun berterbangan diatas lapangan menambah keindahan lapangan yang diselimuti embun saat esok hari.
Inilah lapangan baru SMA NEGERI 1 SALATIGA, lapangan yang cukup indah, hijau, nan asri. Lapangan yang akan menyegarkan mata kita tiap melewatinya. Seluruh siswa pun nampaknya menantikan selesainya pengerjaan lapangan ini.
Temanku memanggilku untuk segera turun berkumpul bersama mereka, kemudian kami berdoa, lalu kami pulang dengan riang.


Stepanus Sinung W.J.
X-10
25 

Selasa, 15 November 2011

deskriptif

Lapangan SMA N 1 Salatiga
Pada tanggal 27 Oktober 2011. Kami, kelas x-10 melakukan pengamatan terhadap lapangan sekolah SMA N 1 Salatiga. Kira-kira pukul 13:00 kami mulai beranjak dari kelas kami menuju ke lapangan. Saat melangkahkan kaki menuju lokasi pengamatan, sudah mulai terlihat hijau rerumputan yang menyegarkan. Itulah lapangan baru kami, dulu waktu pertama kali saya masuk, lapangan ini terlihat begitu gersang. Namun setelah diadakan beberapa renovasi, lapangan ini sudah bertambah bagus dari hari ke hari. Dari jauh rerumputan lapangan memang terlihat lebat dan segar, banyak capung berterbangan kesana kemari menikmati hijau nya rerumputan, di tambah lagi di kelilingi arena lari yang membuatnya tampak elegan. Di sekitar lapangan juga terdapat pepohonan yang cukup tinggi dan juga rerumputan yang tentunya tidak sebagus di dalam area lapangan. Lapangan ini memang tidak terlalu luas, tapi sepertinya cukup untuk menampung seluruh siswa SMA N 1 Salatiga.
Lapangan SMA N 1 Salatiga berada di jantung sekolah, lapangan ini membuat hijau pemandangan di antara bangunan-bangunan yang biasa digunakan sarana pembelajaran. Mulai dari kelas X satu hingga kelas XII terlihat dari sini, kecuali hanya satu kelas yang tak terlihat, yaitu kelas X-10. Tiang bendera yang berdiri tegak juga dengan gagahnya terlihat menghadap lapangan. Sebenarnya ada dua lapangan di SMA N 1 Salatiga, tapi lapangan selain lapangan tadi biasanya digunakan untuk olah raga. Setiap jum’at pagi pasti ada para ibu guru yang dengan ceria mengikuti senam pagi. Tiap sore, di hari tertentu, para bapak guru juga sering mengadakan tenis. Tiap hari selasa sore, selalu ada ekstra basket di lapangan tersebut. Lapangan di sekolah kami memang sangat membantu dalam kegiatan kami sehari-hari.
Begitu kami sampai di lokasi pengamatan, lapangan ternyata tidak sebagus yang terlihat sebelumnya. Dari dekat lapangan ini terlihat biasa-biasa saja, mulai dari rumput yang ternyata tidak rata, masih ada beberapa bagian yang belum ditumbuhi rumput, tapi menurut saya, lapangan ini belum seratus persen jadi, mungkin beberapa bulan lagi rumput akan tumbuh dengan sempurna. Di area lapangan juga banyak daun-daun berguguran, di tengah-tengah lapangan juga masih terlihat tali rafia yang melintang, mungkin di gunakan sebagai pembatas. Sampai lingkungan di sekitar lapangan yang kotor karena sampah organik dan juga masih becek.
Lingkungan lapangan jadi ramai karena kami siswa x-10 melakukan pengamatan, ada yang berada di arena lari, ada juga yang di bawah pohon jambu yang berada di dekat lapangan. Saat kami terus memperhatikan lapangan, guru kami pun sibuk memantau murid-muridnya yang sedang serius melakukan pengamatan. Begitulah kegiatan siswa x-10 pada hari itu.


Buah pena
Yohanes Dinar Setya Adi

Minggu, 13 November 2011

Suasana Ini (Lapangan SMA Negeri 1 Salatiga)


Hari ini pada pukul 13.25, lapangan upacara milik keluarga besar SMA Negeri 1Salatiga yang belum rampung di kerjakan itu tampak hijau meskipun angkasa mendung. Hamparan permadani alam itu menyediakan kesejukan pandangan yang bisa dinikmati siapa saja tak terkecuali kami, siswa – siswi kelas X-10. Di tengah lapangan tersebar capung – capung yang berterbangan menawarkan  acrobat udara yang cantik dan seakan memanggil kami untuk memujinya. Langit yang mendung ini tidak memengaruhi kami untuk tetap berantusias mengamati keadaan sekitar. Untuk beberapa detik yang cukup panjang, Pak Satpam melintas dan memberi senyuman hangat kepada kami sembari melewati jalan setapak di pinggir lapangan. Dari arah selatan, tampak seorang guru lelaki yang sedang berjalan melintas hendak menuju barat. Dua orang siswa juga tampak melintas menuju ke kelas XII IA-6 . Selang air yang berwarna putih ikut memeriahkan keadaan dan menambah warna sekitar. Dia yang hanya tergeletak dan meliuk layaknya ular itu seakan bercerita betapa lelahnya dia setelah kerja keras hari ini. Siswa – siswi kelas X-10 tampak di pinggir lapangan, bercengkerama, tertawa, saling  canda, dan ada yang hanya menatap indahnya panorama yang disajikan oleh Yang Mahakuasa .  Di barat, beberapa anak kelas XI terlihat sedang berdiskusi dengan asyiknya di depan kelas. Kakak –kakak kelas silih berganti melintasi lapangan bersama. Tiang bendera berdiri tegak menantang langit dan seolah menatap tarian beberapa burung yang sedang berkejaran di balik awan. Buah – buah jambu yang telah mengakhiri masanya sedang bergeletakan di tanah menangisi hidupnya yang hanya sekejap saja. Namun, itu semua terbayar dengan derai tawa dari semua siswa X-10 yang menghabiskan jam pelajaran terakhirnya untuk mengamati dan menyadari betapa indah tempatnya menuntut ilmu ini.

Sabtu, 12 November 2011

LAPANGAN SMA N 1 SALATIGA

Lapangan yang sangat luas menyambut kedatanganku pada saat observasi tanggal 27 Oktober 2011 tepatnya pukul 13.15. aku dan teman-teman diberi tugas untuk melakukan obserasi lapangan SMA N 1 Salatiga. Rumput di tengah lapangan turut memberi warna hijau lapangan sekolahku yang baru ini. Capung-capung yang berterbangan juga turut menghiasi lapangan ini.
            Lapangan yang sedang direnovasi ini dikelilingi oleh beberapa ruang kelas. Selain itu ada kantor guru, ruang BK, UKS, ruang agama, berbagai jenis laboratorium dan masih banyak lagi bangunan yang lainnya. Jalan setapak berwarna merah bata dan beberapa siswa yang berdiri di atasnya juga turut mengililingi lapangan ini. Ada juga tancapan bambu-bambu kecil, dan aku tidak begitu mengerti mengapa bamboo kecil itu mengililingi lapangan.
            Lapangan ini memang sering diunakan untuk upacara, maka dari itu berdiri tegak sebuah tiang bendera di sebelah barat. Karena keadaan lapangan yang sedang direnovasi, maka banyak material-material bangunan terletak di sekitar lapangan itu.  Ember berwarna merah disertai karung berwarna putih juga berdiri di sebelah timur. Selang panjang berwarna merah berada di sepanjang tepi lapangan sebelah timur. Pohon jambu air, sawo ijo, tumput-rumput, dan tumbuhan lainnya yang berdiri di sebelah barat turut menambah rindangnya lapangan ini.
            Beberapa waktu kemudian tampak seorang guru yang berdiri di sebelah timur lapangan, tepatnya di bawah pohon. Ada juga seorang ibu yang berjilbab melewati tepi sebelah barat yang sepertinya ingin menuju ke kantin dekat GSG. Tampak juga seorang perempuan bertubuh gendut berdiri di atas jalan setapak berwarna merah bata. Gadis itu mengenakan seragam SMA, berjemper putih, dan menggendong tas berwarna coklat. Pak satpam berjalan melalui selatan menuju ke arah barat dengan cepatnya.
            Tak terasa waktu untuk observasi pun selesai. Sehingga kami harus mengakhiri kegiatan pengamatan kami. Kami berdoa sejenak, lalu segera pulang menuju ke rumah kami masing-masing.


Yemima Victory Sandi Saputri
X-10
28

Jumat, 11 November 2011

Lapangan Baru SMANSSA, bagaikan Wembley Stadium

SMA Negeri 01 Salatiga yang ada di Salatiga, Jawa Tengah, merupakan salah satu SMA terbaik di Salatiga. Dan dalam pelajaran Bahasa Indonesia kali ini, kami selaku siswa SMA Negeri 01 Salatiga melakukan observasi mengenai lapangan sekolah kami. Lapangan sekolah kami berada tepat di tengah-tengah gedug sekolah. Di setiap sisi lapangan terdapat rumput-rumput, aneka bunga, dan tumbuhan lainnya, Rumput-rumput yang tumbuh di pinggir lapangan cukup banyak yang kurang subur.
Hal lain tentang lapangan kami saat kami melakukan observasi ini adalah kurang ratanya permukaan tanah di sirkuit lari yang berada tepat di samping lapangan sekolah. Selain itu, di atas tanah tersebut berceceran daun-daun kering dan buah jambu yang jatuh dari pohonnya. Di samping sirkuit lari, ada jalan setapak yang terlalu kecil. Untuk lapangan sekolah, rumput-rumputnya kurang subur dan ketinggian rumputnya tidak rata.
Di bagian timur laut lapangan, terdapat batu-batuan dan pasir yang dapat menimbulkan debu, tetapi di bagian timur, justru terdapat pepohonan yang cukup subur dan saat ini sedang menghasilkan banyak bunga. Di bagian selatan lapangan, adalah bagian yang masih terlihat gersang, terutama bagian pinggir-pinggir lapangan.
Ada pula beberapa kejadian-kejadian yang kami alami saat melakukan observasi. Pukul 13.24 ada 3 cewek yang berlari terburu-buru ke wc yang berada di timur lapangan. Pukul 13.26 ada cowok yang melewati bagian barat daya lapangan, sekilas terlihat dia eperti orang suwung, karena berjalan sendirian di saat kegiatan belajar mengajar masih berlangsung. Kemudian, ada pula seorang bapak-bapak berkemeja biru yang tidak kami ketahui identitasnya sedang berjalan-jalan mengamati lapangan SMA N 1 Salatiga, Beliau bahkan menginjak rumput lapangan yang saat itu belum boleh diinjak karena dalam proses pembangunan.
Setelah bapak tak dikenal tadi berangsur-angsur jauh dari pandangan, muncul seorang bertubuh tegap dan besar yang bekerja sebagai satpam di SMA N 1 Salatiga. Beliau adalah seorang suami dari pengurus TU di SMA N 1 Salatiga. Kami biasa memanggil beliau dengan nama pak dee-dee, karena beliau pengagum nama Dee-Dee Malinda. Kami kemudian berbincang dengan beliau, dan tiba-tiba bel berbunyi. Kami mengakhiri perbincangan dan bersiap untuk pulang.   

Oleh : Yosua Ivan Pradana
   X-10 / 31      . 

Lapangan Sekolahku yang Cantik

                Hari Kamis, tepatnya tanggal 27 Oktober 2011, guru Bahasa Indonesia di SMA Negeri 1 Salatiga memberi tugas kepada siswa kelas X-10 untuk mengamati Lapangan SMA Negeri 1 Salatiga. Pukul 13.15 siswa kelas X-10 mulai mengamati lapangan tersebut. Cuaca saat itu sangat cerah. Udara jadi terasa panas. Tetapi pohon jambu di depan kelas X-8 telah meneduhkan kami dari panasnya terik matahari. Kamipun mengamati Lapangan SMA Negeri 1 Salatiga yang sedang dibangun.
                Lapangan saat itu sangat sepi. Mungkin karena teriknya matahari, para pekerja yang bertugas merawat lapangan tersebut menjadi lelah dan beristirahat. Jadi pada saat itu tidak ada orang yang sedang menanam atau menyiram rumput di lapangan itu.
                Nampak hamparan rumput hijau yang luas. Rumput tersebut belum sepenuhnya rata, tetapi sudah terlihat hijau. Disekelilingnya terdapat jalan yang diselimuti pasir berwarna merah bata, terdapat juga jalan setapak yang terbuat dari paving. Lapangan tersebut semakin cantik dengan rerumputan serta pepohonan yang ditanam di sekitar lapangan tersebut.
                Beberapa peralatan untuk bertanam ada di tempat-tempat tertentu di sekitar lapangan. Diantaranya ada ember merah dan karung di salah satu sisi lapangan. Juga ada selang air berwarna putih lengkap dengan pompanya di bagian timur lapangan. Ada gerobak pasir berwarna merah yang berada di dalam bak pasir di bagian barat laut lapangan. Di dekat bak pasir ada pohon besar yang sangat rindang. Pohon itu semakin melengkapi kehijauan lapangan itu.
                Sesekali seorang satpam melintas melalui jalan yang diselimuti pasir berwarna merah bata. Juga ada seorang guru yang berjalan di paving dan menyentuh tiang bendera dengan kagumnya. Dan ada juga beberapa siswa yang berjalan menginjak rumput di bagian barat daya.
                Lapangan tersebut memang masih belum sepenuhnya jadi. Masih diperlukan beberapa perawatan di beberapa bagian lapangan itu. Tetapi keindahannya sudah terlihat saat itu.
                Tak terasa, sudah lima belas menit kami mengamati lapangan itu. Jam sudah menunjukkan pukul 13.30. Kami pun berkumpul bersama, bersiap untuk pulang. Kamipun segera berdoa sebelum siswa kelas lain keluar dari kelasnya dan menjadi ramai. Untuk terakhir kalinya pada hari itu, aku memandangi lapangan sekolahku yang baru sebelum pulang.  J

                Oleh : Maestra Martadinatyugra / 14 / X-10

Kamis, 10 November 2011


LAPANGAN BARU SEKOLAHKU
Waktu itu pada tanggal 27 Oktober 2011 pukul 13.10 guru Bahasa Indonesia meminta kelasku untuk mendeskrisikan lapangan baru di sekolahku. Pukul 13.15 kelasku bersama-sama menuju lapangan. Akan tetapi, sepertinya kelasku kurang beruntung, karena pada saat itu lapangan sedang dalam keadaan yang sepi aktivitas. Pekerja-pekerja lapangan yang biasa terlihat kini bak hilang ditelan bumi. Sepanjang mata memandang aku hanya melihat hamparan rumput yang mulai menghijau yang dikelilingi lintasan tanah merah yang masih lembab beserta jalan setapak yang masih baru.
Rumput-rumput baru yang telah menghijau ternyata tak tumbuh sendiri, banyak rumput liar yang tak diharapkan ikut tumbuh di sela-selanya.  Namun sayang, karena keberadaan rumput liar itu juga tak membantu menutupi petak-petak tanah keabu-abuan yang masih terlihat di bagian tengah dan selatan lapangan.
Tak banyak yang bisa diamati pada saat itu selain capung-capung kecil warna orange yang terbang rendah di lapangan rumput. Menikmati angin lemah yang hanya bisa menggoyangkan rumput yang tumbuh terlampau tinggi. Mungkin angin lemah itu juga yang telah membiarkan segerombol awan besar menutupi matahari di atas langit. Menyebabkan hijaunya rumput baru menjadi terlihat suram.
Kualihkan pandanganku ke sekeliling lapangan secara keseluruhan sampai pada alat-alat para pekerja yang ada di sana. Selang-selang tergeletak begitu saja di pinggir lapangan. Selang warna putih diletakkan di sebelah timur berdampingan dengan pompa air warna orange, kemudian selang hijau di barat laut lapangan tepat di bawah pohon apel yang rindang. Pada sebelah barat, kokoh berdiri tiang bendera baru yang dasarnya dibuat dari keramik warna merah tua berpadu dengan tiangnya yang berwarna putih. Tidak hanya itu, patok-patok bambu setinggi setengah meter mengelilingi lapangan rumput. Pada setiap bambu diikatkan tali raffia biru secara melintang, membagi lapangan menjadi beberapa bagian. Mungkin, dulu raffia itu digunakan sebagai patokan dalam menanam rumput-rumput agar tertanam rapi.
Setelah sekian lama mengamati, akhirnya mulai nampak aktivitas lain selain aktivitas pengamatan yang dilakukan kelasku. Diawali oleh Pak Satpam yang berjalan kearah kami melewati jalan setapak, kemudian kakak kelas melintas melewati jalan di sebelah selatan, lalu guru-guru lain juga ikut berlalu-lalang melewati jalan di sekeliling lapangan. Tidak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 13.35 dan pengamatan pun harus segera diakhiri. Ketua kelas memimpin doa sebelum pulang. Tepat ketika aku hendak meninggalkan lapangan, matahari mulai bersinar cerah menampakkan hijau dan luasnya lapangan baru SMAN 1 Salatiga, sekolahku.
Oleh: Sesilia Anggi Ivanandewi (24)

Kisah Penjual Sayur dan Ibuku

Suatu hari, aku bermain biola di kamar bersama kakakku. Aku bermain sekeras-kerasnya sehingga membuat kakakku jengkel. Kakakku keluar dari kamar dan mulai bermain-main dengan PS nya. Aku keluar dari kamar dan memandang heran kakakku yang tertawa sendiri.
Aku menghampiri kakakku masih dengan perasaan heran. Aku bertanya pada kakakku apa yang membuatnya tertawa. Ternyata kakakku sedang meningat-ingat peristiwa tadi pagi ketika ibuku membeli sayur mayur. Ibuku juga membeli berbutir-butir telur tetapi ternyata telurnya busuk semua. Lalu ibuku kembali ke penjual tersebut dan menukarnya dengan 2 kilogram gula dan garam yang lebih mahal karena merasa dirugikan (Tri WK). Pada awalnya, penjual tersebut menolak tapi akhirnya penjual tersebut rela dagangannya ditukar.
Ketika dihitung-hitung, penjual tersebut marasa rugi bila dagangannya ditukar. Lalu ketika adzan asyar berbunyi, penjual tersebut datang ke rumahku. Penjual tersebut marah-marah sampai terdengar olehku yang ada di kamar mandi yang letaknya di belakang.  Akhirnya ibuku keluar dan menambah uang kepada penjual. Penjual pun pulang dengan senang hati karena mendapat uang tambahan sedangkan ibuku merasa kesal karena merasa dirugikan (Retno W).
Aku menghampiri ibuku yang ada di dapur. Aku ingin sekali makan telur omelet hari ini. Saat aku mengatakan keinginanku pada ibu, ibuku menatap garang padaku. Tatapannya langsung membuat mulutku tertutup rapat. ” Kita berhenti makan telur untuk saat ini! Tidak ada telur teluran pokoknya!”. Aku hanya menahan tawaku ketika melihat kemarahan ibuku yang disebabkan oleh seorang penjual sayur.
Lailia Nisfa YDP X-10/ 13

Rabu, 09 November 2011

Lapangan SMANSSA, Sumber Inspirasiku

Rerumputan yang hijau terhampar di sepanjang lapangan baru sekolahku. Suara riuh teriakan dari kami anak sepuluh sepuluh disalah satu sudut lapangan merupakan tanda mereka sedang sibuk dengan pengamatannya.  Lapangan berbentuk persegi panjang dan cukup luas disertai rumput yang baru tumbuh memenuhi pandanganku. Banyak daun berguguran mengotori tanah sekitar lapangan. Suasana disaat itu sepi hanya beberapa orang berlalu lalang. Tampak begitu banyak tali raffia biru membentang dari ujung lapangan. Ya, karena lapangan sekolahku masih dalam tahap pembangunan. 
 Di sebelah Timur terdapat tiang bendera yang tegak berdiri. Dan terdapat pula arena lintasan lari yang berwarna merah bata. Ada pula bak kotak pasir yang akan digunakan untuk olah raga. Di depan kelas X tumbuh tiga pohon jambu air yang pada saat itu sedang berbuah dan tak sedikit buah yang jatuh ke tanah dan akhirnya membusuk.  Tanaman – tanaman kecil menghiasai sisi – sisi lapangan dengan kekhasan warnanya. Ada sesuatu yang unik yang terdapat didepan kelas XII terdapat lebih dari satu pohon yang gundul atau tidak mempunyai daun tetapi anehnya pohon – pohon tersebut hidup. Sekolahku sangat menjaga kebersihan, maka tak terelakan lagi jika banyak tempat sampah ada dipinggir lapangan.
Suasana sangat syahdu dan indah karena banyak capung dan kupu – kupu beterbangan diudara. Sayangnya tampak banyak kerikil menumpuk didepan kelas X8 mengurangi indahnya pemandangan. Selang putih besar, mesin dan “angkringan” juga memenuhi lapangan. Tampak pompa air yang akan digunakan untuk menyirami rumput supaya tidak kering.
            Tiba – tiba cuaca hari itu mendadak menjadi sangat cerah. Sambil melirik kearah arlojiku yang sudah menunjukkan sekitar pukul setengah dua siang aku menyudahi pengamatanku. Menunggu bel berbunyi aku memutuskan untuk bercanda ria dengan teman – temanku. Tak lama kemudian bel pun berbunyi kami berdoa bersama dan akhirnya pulang.

Angelita Dinda A. S
X – 10 / 03

Deskripsi

LAPANGAN BARU SMA N 1 SALATIGA
Kamis 27 Oktober 2011, saya dan teman-teman saya mendapat tugas dari Bu Uswatun untuk mendeskripsikan lapangan SMA N 1 Salatiga. Ketika itu tepat pukul 13.10 WIB, kami keluar dari kelas menuju ke depan kelas X-8 untuk melakukan pengamatan terhadap lapangan SMA N 1 Salatiga. Sambil bergegas membawa tas, saya langsung mengamati kondisi lapangan SMAN N 1 Salatiga. SMA N 1 Salatiga sedang mengerjakan lapangan baru yang tepat berada ditengah-tengah SMA N 1 Salatiga.   
            Ketika tiba di depan kelas X-8, pandangan mata saya tertuju ke arah lapangan. Lapangan baru milik SMA N 1 Salatiga sedang dalam 80% tahap perbaikan. Lapangan ini cukup luas, cukup untuk menampung semua keluarga besar SMA N 1 Salatiga. Lapangan ini berbentuk seperti oval. Lalu saya mengalihkan pandangan saya ke pinggir lapangan. Terdapat beberapa pohon yang menghiasi pinggir lapangan.
            Diantaranya adalah pohon jambu dan pohon mahoni. Namun yang paling menarik perhatian saya adalah pohon jambu, karena pohon jambu tersebut sedang berbuah, serta ada beberapa buah yang jatuh di dekat lapangan. Lalu saya mencoba mengamati lapangan lagi. Di lapangan, rumput sudah mulai tumbuh. Lalu terdapat tali rafia yang membentang membagi-bagi lapangan. Juga ada beberapa patok kayu yang menjadi pengikat tali rafia tersebut.
            Lalu, saya mengalihkan pandangan saya ke arah barat lapangan. Disanan terdapat sesuatu yang tinggi. Ya betul, itu adalah tiang bendera SMA N 1 Salatiga, yang sering digunakan untuk upacara. Tiang tersebut merupakan sumbangan dari alumni SMA N 1 Salatiga angkatan 1979.Sekitar pukul 13.30 WIB, ada seseorang lelaki paruh baya yang melewati pinggir lapangan. Dia adalah satpam SMA N 1 Salatiga.
            Di pinggir daerah timur, terdapat selang dan pompa air yang tidak tertata rapi. Lapangan ini juga dikelilingi jalan yang berpaving dan juga terdapat lintasan lari. Lalu ada beberapa orang yang sedang mencabuti rumput. Hal ini sangat diperlukan untuk menghindari rumput-rumput liar yang tumbuh di lapangan. Lalu pada daerah selatan lapangan, ada beberapa kakak kelas kami yang sedang menikmati indahnya lapangan yang sedang dalam tahap perbaikan ini pinggir kelas mereka.
             Jam menunjukkan pukul 13.40 WIB, saya beserta teman-teman X-10 dan Bu Uswatun mengakhiri observasi kali ini dengan doa. Setelah selesai berdoa, saya bersama teman-teman bercanda ria menunggu bel berbunyi. Ketika bel berbunyi, saya dan teman-teman pulang dengan ceria.
                        IRIANTO JUSTISILVAWAN
X-10
12

Suasana Lapangan Sekolahku

            Siang itu , sekitar pukul 13.30 , kami siswa kelas X10 mendapat tugas untuk mengamati keadaan lapangan sekolah. Saya dan teman-teman saya sangat antusias mengerjakan tugas itu. Kemudian menempatkan diri di dekat kelas X8 yang menurut kami  lokasi tersebut strategis. Seorang teman saya , bergaya seperti detektif di tepi lapangan. Dia adalah Yosua , ketua kelas X10. Karena saat itu lapangan sedang di renovasi , rumput yang ada disana belum boleh diinjak. Tapi dengan santainya Yosua menginjak-injak rumput tersebut.  Dari kejauhan , terlihat pak satpam berjalan di tepi lapangan dan kemudian bercakap-cakap dengan Yosua.
Keadaan saat itu cukup indah. Beberapa ekor capung berterbangan di atas lapangan. Tampak indah sekali dipadukan dengan rumput yang sudah mulai terlihat hijau. Semilir angin terasa begitu sejuk. Yang sedikit mengganggu adalah peralatan pertukangan , yang dibiarkan tergeletak di sekitar lapangan. Misalnya ember dan selang untuk mengairi rumput. Maklum saja , karena memang renovasi lapangan belum selesai.
Di bagian barat lapangan , terlihat tiang bendera yang berdiri dengan kokohnya. Di depannya ada jalan setapak yang mengelilingi lapangan. Tanaman hias yang ditanam di sekitar lapangan mulai berbunga dan tiga pohon jambu air yang sedang berbuah sangat banyak menambah indahnya pemandangan lapangan sekolahku. Saya berharap keadaan ini berlangsung seterusnya dan renovasi cepat selesai.
Waktu tidak terasa cepat sekali berlalu. Bel  tanda berakhirnya pelajaran hari itu sudah terdengar. Kami segera berkemas-kemas untuk segera pulang. Tak lupa pula kami berdoa bersama untuk mengakhiri pelajaran. Begitulah akhir tugasku saat itu.

Itu tugasku, apa tugasmu ?
Resti Rahmadhani (X10/21)

Deskripsi


LAPANGAN UTAMA SMA NEGERI 1 SALATIGA
            Begitu memasuki kawasan kampus SMA Negeri 1 Salatiga, suara gemericik air yang berasal dari pancuran air menyambutku. Aku mulai melangkahkan kaki ke lapangan utama yang terletak di tengah-tengah kampus. Lapangan ini cukup luas, kurang lebih berukuran 50 kali 10 meter persegi. Setelah diperbarui, memang luas lapangan ini sedikit berkurang dibandingkan lapangan sebelumnya. Kurang lebih proyek ini sudah berjalan 85 persen.
            Rumput hias yang ditanam di sekitar lapangan belum sepenuhnya jadi. Begitu pula tanaman hias yang berada di sebelah utara dan barat lapangan. Dengan menanam banyak tanaman hias dan rumput di sekitar lapangan diharapkan SMA Negeri 1 Salatiga dapat terlihat lebih ‘hijau’ dan ramah lingkungan.
            Tiang bendera merah putih kokoh berdiri tegak di sebelah timur lapangan. Tiang bendera yang telah diperbarui ini merupakan sumbangan dari alumni SMA Negeri 1 Salatiga tahun 1976. Meskipun tiang bendera sudah terpasang namun upacara bendera belum dilaksanakan karena memang pembangunan lapangan ini belum 100 persen selesai.
            Tepat di tengah lapangan terlihat pekerja yang sedang jongkok, ia sedang mencabuti rumput-rumput yang tidak diinginkan tumbuh. Ada pula 2 orang pekerja yang sedang menyirami rumput. Memang, untuk menghasilkan rumput yang baik, perawatannya harus baik pula, karena lapangan ini adalah jantung SMA Negeri 1 Salatiga.
            Di sisi kanan dan kiri lapangan terlihat beberapa murid kelas XII yang sedang mengerjakan tugas sembari menikmati hembusan angin sepoi-sepoi. Memang, di siang hari pinggir lapangan adalah tempat favorit murid-murid untuk mengerjakan tugas atau sekedar menikmati keindahan lapangan.
            Di sekeliling lapangan terdapat lintasan lari dan jalan berpaving. Tumbuh pula pohon-pohon yang rimbun. Pohon jambu, pohon palem, mahoni, dan lain-lain.
            Sinar matahari terasa makin membakar kulit. Kulayangkan pandanganku ke jam tanganku, waktu menunjukkan pukul 1 siang. Aku merasa sudah saatnya aku pulang. Cepat-cepat aku melangkahkan kaki keluar kampus sembari menyapa teman-teman dan guru-guru yang aku temui di perjalanan.
                                                            HAPSARA ADIWENA, X-10 / 11