Anak yang Hilang
Suatu hari aku duduk di taman bersama Gilda. Sambil melihat bunga-bunga yang baru saja mekar dan daun-daun yang sedang berguguran. Kami berjalan-jalan untuk melihat bunga yang lainnya. Dengan tidak sengaja kami melihat seorang anak kecil yang sedang menangis.
Kami bertanya kepada anak kecil itu, ternyata dia kehilangan ayah dan ibunya. Aku menggendong anak itu dan berjalan mondar-mandir mencari orang tuanya. Kami bertanya kepada orang-orang di taman apakah ada yang melihat orang tua dari anak itu. (Ternyata orang-orang yang di sana tidak mengetahuinya-Gilda). Karena merasa sangat lelah, kami duduk di bawah pohon.
Tangisan anak itu belum berhenti. Aku dan Gilda mencoba menenangkannya. Tetapi dia tetap saja menangis. Aku kebingungan. Kami tidak tahu lagi harus meminta pertolongan dari siapa. Sedangkan dalam kondisi yang sepanik itu, dia tetap saja menangis. Aku lelah. Ingin rasanya pulang dan meninggalkan anak itu sendirian. Tapi hati kami tak sampai untuk melakukannya.
Aku ingin berteriak sekencang-kencangnya untuk meluapkan kelelahanku. Siang yang panas disertai suara tangisan anak kecil yang tidak berhenti membuat perasaanku semakin meluap-luap. Karena mengetahui bahwa aku sangat lelah, Gilda bersedia menggantikan aku untuk menggendong anak kecil itu.
(Aku melihat tukang-tukang es berlalu-lalang di depan kami. Karena lelah, aku berniat untuk membeli es itu, aku memilih dari antara es-es itu. Tiba-tiba ada dua orang yang terlihat panik berteriak-teriak memanggil seorang nama. Ternyata mereka adalah orang tua dari anak itu-Dinda).
0 komentar:
Posting Komentar