Belajar Jujur dari Kantin Kejujuran
Pendidikan dapat dilakukan melalui berbagai cara dan kegiatan. Bahkan tanpa kita sadari kita telah mendapat beragam jenis pendidikan seumur hidup kita. Tidak hanya pendidikan formal yang kita terima di bangku sekolah, melainkan juga pendidikan informal yang kita terima dari lingkungan sekitar kita. Dalam hal ini, pendidikan karakter masuk di dalam pendidikan informal. Sayangnya, beberapa tahun terakhir ini, pendidikan karakter mulai hilang dari perhatian kita. Menyebabkan munculnya berbagai kasus-kasus korupsi besar.
Menyikapi fenomena sosial yang tidak menyenangkan ini, maka pemerintah mencanangkan pendidikan karakter sebagai program wajib sekolah. Beruntung, masyarakat menyambut program ini dengan positif. Mereka mulai sadar kembali akan pentingnya pemberian pendidikan karakter. Sebagai contoh yang menyambut baik program ini adalah SMA Negeri 1 Salatiga. Mereka menanggapi program ini dengan membuka Kantin Kejujuran sebagai tahap awal pengenalan karakter jujur. Kantin Kejujuran sebenarnya tidak banyak berbeda dari kantin-kantin biasanya. Namun, yang membedakan ialah tiadanya kehadiran penjual yang mengawasi para pembeli. Sehingga pembayaran harus secara sadar dan "jujur" dilakukan sendiri oleh pembeli yang tidak lain adalah para siswa.
Kantin Kejujuran ini menggunakan sisem penghitungan tertentu untuk mengetahui rugi atau tidaknya kantin. Apabila kantin mengalami kerugian yang besar, maka ini mengindikasikan bahwa nilai kejujuran dalam diri para siswa masih sangat kurang. Jadi, hal ini dapat digunakan sebagai alat ukur tingkat karakter jujur yang dimiliki siswa saat ini. Namun, sebaiknya kita jangan hanya berhenti pada tahap pengenalan, setelah mengetahui tingkat kejujuran para siswa, kita harus bisa menetukan langkah selanjutnya. Dalam langkah selanjutnya akan lebih baik bila tidak hanya pihak sekolah dan siswa yang dilibatkan, melainkan juga melibatkan orang tua murid dan masyarakat sekitar sekolah. Selain itu, apabila tingkat kejujuran siswa terbukti masih rendah dengan adanya kerugian pada kantin, harus segera dilakukan tindakan tegas. Tidak peduli kerugian itu besar atau kecil.
Membangun kembali karakter bangsa yang baik terutama kejujuran memang tidak semudah membalikkan telapak tangan. Karena itu, tindakan tidak jujur sekecil apapun harus segera mendapat tindakan yang tegas. Seringkali kita menggunakan jalan hukuman dan kekerasan sebagai jalan keluarnya. Namun, justru cara ini dianggap tidak efektif. Menurut beberapa penelitian, membangun karakter yang baik harus dilakukan secara eksternal dan internal agar kejujuran yang diajarkan dapat terikat erat dalam karakter siswa. Karenanya, Kantin Kejujuran digunakan sebagai sarana pendidikan karakter secara internal. Kejujuran memang tidak dapat dianggap enteng. Faktanya, akibat ketidakjujuran para koruptor banyak rakyat sengsara. Maka dari itu, apabila sifat buruk ini terlanjur tertanam di kalangan remaja yang didaulat sebagai penerus bangsa, apa kata dunia?
Oleh karena itu, program Kantin Kejujuran haruslah menuai banyak dukungan. Selain mengajarkan kejujuran, kantin ini juga dapat digunakan untuk sosialisasi karakter positif lainnya. Misalnya saja, budaya antre, menghormati orang lain, sabar, dan tidak egois saat ingin membeli makanan. Manfaat lain yaitu, tersedianya makanan yang lebih bersih dan sehat dibandingkan makanan yang dijual para penjaja di pinggir jalan. Beragam nilai positif yang terdapat dalam Kantin Kejujuran seharusnya semakin memotifasi kita untuk terus berupaya mengembalikan budaya dan karakter bangsa kita yang hilang.
Selanjutnya, kita hanya bisa berharap semua pihak yang bertanggung jawab dalam memberikan pendidikan karakter dapat terus berjuang. Sehingga dapat mengembangkan program-program lain yang lebih inofatif dan kreatif selain Kantin Kejujuran. Harapan ini harus didukung dengan partisipasi dari semua pihak berupa kritik dan saran terutama dari siswa itu sendiri.
oleh: Sesilia Anggi I. (24)
oleh: Sesilia Anggi I. (24)
0 komentar:
Posting Komentar