Minggu, 30 Oktober 2011

Lapangan Sekolahku


               Pukul 13.10, hawa  mulai terasa sejuk saat melangkah melewati koridor sekolah menuju lapangan bendera. Beberapa langkah meninggalkan pintu kelas X-10, akan terlihat hamparan rumput hijau yang tidak merata tersebar di permukaaan lapangan. Disekelilingnya ada jalan berpaving yang menghubungkan gerbang pintu sekolah dengan beberapa ruang kelas yang terpotong oleh pondasi tiang bendera disebelah timur lapangan. Hhmm… siang ini cuaca cerah, tidak ada awan hitam menyelimuti langit, membuatku sejenak melupakan pusingnya pelajaran sekolah yang sudah kulalui sejak pagi hari. Sesekali kulihat seorang lelaki setengah baya, kurasa dia seorang guru, melintas dari arah pintu gerbang menyusuri jalan berpaving dan menyentuh tiang bendera untuk beberapa detik. Terkadang angin berhembus dari arah selatan, memasuki celah-celah baju seragamku, teras dingin meskipun kenyataannya suhu udara panas.
                Kulanjutkan langkahku menaiki anak-anak tangga yang cukup melelahkan, menuju lantai ke-2 gedung selatan sekolahku. Sebelah kiri dan kananku berdiri dua pohon jambu air yang buahnya sudah tak terlihat lagi, kurasa baru satu minggu yang lalu tanaman tersebut berbuah. Kembali kulemparkan pandanganku ke tengah lapangan, ternyata masih ada beberapa tali rafia berwarna hitam membentang dari barat ke timur membagi-bagi lapangan tersebut sama luas. Tali rafia yang diikat dengan setiap bambu yang berada ditepi lapangan, seperti garis lurus yang sengaja dibuat untuk membantu para pekerja menanam rumput. Dari posisiku lapangan terlihat seperti sebuah bujur sangkar berbingkai dua lapis. Lapisan pertama adalah jalur berwarna coklat, dan yang kedua ada jalan paving yang bercabang-cabang. Kulirikan mataku ke kanan menuju sebelah timur laut lapangan, wow… baru kusadari disana ada sebuah bak besar yang berukuran sekitar dua kali tiga meter berisi pasir, biasanya digunakan saat para siswa mengikuti pelajaran Olahraga. Tapi ada yang ganjal dalam bak tersebut, ada sebuah gerobak pasir yang tidak beroda berdiri miring karena permukaan pasir yang tidak rata, seperti rongsokan yang sudah tidak terpakai.
                Bergeser pandanganku jauh ke seberang lapangan, ada siswa dan siswi kelas XII IA 6 mulai berhamburan keluar kelas, namun hanya beberapa anak saja yang hendak menikmati suasana lapangan. Kulanjutkan langkahku hanya sekitar tiga langkah dari posisiku semula, tiba-tiba muncul bapak-bapak memakai seragam bertuliskan security, tentu saja dia seorang satpam, berjalan menembus lapangan dari arah barat ke timur. Mataku kembali terhenti oleh sebuah benda berwarna putih panjang yang brada di sisi barat lapangan meliuk-liuk seperti ular, tapi tidak bergerak, selang air namanya, yang salah satu ujungnya dihubungkan oleh sebuah mesin diesel. Biasanya digunakan untuk menyirami rumput di lapangan. Tidak jauh dari mesin diesel, ada ember kecil bewarna merah yang berdampingan dengan sebuah karung yang nampaknya berisi sesuatu yang berat. Oya, bingkai terluar dari lapangan sekolahku adalah pohon-pohon yang rindang ditepi-tepinya dan rumput-rumput hijau yang tumbuh berdampingan dibawah pohon-pohon tersebut.
                Kurasa pengamatanku sampai disini, cukup ini yang ditangkap oleh indra penglihatanku. Namun tiba-tiba ada sesosok wanita yang kukenal menghalangi pandanganku, siapa lagi kalu bukan Gilda, salah satu teman sekelasku. Berdiri ditengah lapangan sambil mengatakan “catat,catat..!”, apa boleh buat ? :)
Oleh: Fabiana Mentari Putri Wijaya X-10/08

0 komentar:

Posting Komentar